Monday, April 23, 2007

Jelajah Pulau


Minggu, 22 April 2007

SAYA sungguh beruntung. Saat tugas di Tribun Batam, pas ada acara Jelajah Pulau Tribun-Telkomsel. Ini kegiatan bakti sosial ke pulau-pulau terpencil yang kurang diperhatikan pemerintah. Benar-benar pengalaman menarik, dan sekali lagi, saya sungguh beruntung.
Kumpul jam 07.00 teng. Itu kata Bang Edi, pimpinan tim Jelajah Pulau. Dia ini Manprod Tribun Batam. Edi Messakh nama lengkapnya. Mungkin satu marga dengan Obi Messakh. Malam sebelumnya, saya sudah minta Bu Eri telepon subuh-subuh supaya saya tidak kesiangan. Maklum sejak di Batam, susah bangun pagi. Pasang weker juga percuma, selalu kesiangan.
Memang jam 5 subuh saya bangun, setelah ditelepon Bu Eri. Usai salat Subuh, saya gak langsung mandi, tapi gogoleran heula. Saya pikir jam 7 masih lama. Mandi jam setengah 6, baru berangkat jam 6 lewat. Toh jam 7 ini kumpulnya. Tapi ya itulah, karena cape, saya ketiduran dan bangun-bangun jam 7 kurang seperempat. Itupun dibangunkan Mbah Roso yang ditelepon dari kantor. Wah ciloko 12. Telat neh!
Saya pun buru-buru mandi. Sekenanya air saja, yang penting basah. Pake baju hitam-hitam langsung berangkat. Makanya kelupaan bawa topi dan syal. Padahal saya sudah duga, pasti puaaaaannas tenan.
Sampe di kantor jam 7 lewat dikit. Tapi semua orang sudah pada nunggu. "Baru bangun ya Mas", kata Ruri, seorang wartawan. "He he iya..". Dia pasti ngeliat mata saya yang masih merah, belum bener-bener melek.
Tak lama sebagian besar tim berangkat ke Pelabuhan Sekupang. Sementara saya, dan tim utama (ini para bos Redaksi: Ada bang Richard Opung, Redpel, lalu Bang Edi, Manprod) berangkat belakangan. Mau nunggu Pak Hurip, PP Tribun, yang belum nongol juga. Ditelepon ke 2 Hpnya tak satupun yang nyala.
Pas kita mo berangkat, eh ternyata ban sebelah kiri belakang mobil Redaksi, kempes. Alhasil, kita harus nunggu dulu ban dipompa.
Beres itu, baru kita melaju ke Sekupang. Di sana semua anggota Tim, baik dari Tribun, Telkomsel, lalu Gramedia, Puskesmas, maupun FIF Batam, udah pada kumpul, menunggu kedatangan perahu.
15 menit berlalu. Muncullah perahu yang ditunggu-tunggu. Semalam saya sempat nanya Bang Edi, pake perahu apa. Dia bilang perahu cukup besar, bisa nampung 50 orang.
Pas perahu itu mendekat ke dermaga, weleh-weleh opo cukup ni perahu. Keliatannya kok kecil. Apalagi kita bawa barang bantuan banyak banget. Tapi setelah kita naik, ternyata perahu ini memang lumayan besar juga. Orang sini menyebutnya perahu Pancung. Ada juga yang lebih kecil lagi disebut perahu Pompong, yang bunyi mesin klotok-klotok itu.
Perahu pancung ini sebenarnya tak punya atap. Hanya pemilik kapal yang inisiatif membuatkan atap dari plastik terpal yang digulung. Fungsinya, biar tidak kepanasan dan kecipratan air laut yang tempias dari kiri kanan.
Akhirnya jam 8.30, perahu pun melaju ke tengah lautan. Tujuan tim adalah Pulau Pasir Toda atau Pulau Setonggeng di wilayah Kabupaten Karimun.
Wow, nun jauh di sana, terlihat gedung-gedung pencakar langit Singapura bo. Memang untuk ke Singapura, bisa dari Pelabuhan Sekupang ini. Dan jaraknya pun tak jauh. 45 menit sampe dengan tiket 60 ribu. Cuma kalo gak ingin kena cas fiskal, orang mesti punya paspor Batam. Yang paspornya non Batam kena cas 500 rebu.
Perahu pun terus membelah lautan biru. Sesekali,perahu terombang-ambing ombak, ketika jetfoil dari Singapura lewat. Panas terik tak terasa, karena sepanjang jalan penuh canda tawa.
Sekitar jam 10. Rombongan pun tiba di pelantar atau dermaga kecil
Di sana Budi dan Marwah "Pak Camat", dua wartawan Tribun, yang jadi tim pembuka menjemput didampingi gadis-gadis berkerudung dari Setonggeng. Secara bergotong-royong, tim mengangkut peralatan dan barang-barang bantuan. Lewat jembatan kayu sepanjang 50 meter, kita pun terus masuk ke Dusun Setonggeng dan akhirnya tiba di bangunan SD 006 Setonggeng atauSD-SMP Satu Atap Setonggeng. Rupanya siswa-siswa SD SMP itu diminta datang ke sekolah, walaupun hari libur. Warga pun sudah banyak yang berkumpul di ruang khusus pengobatan. Sementara Kepala Dusun dan Kepala Sekolah sudah menunggu di aula pertemuan SD SMP.
Setelah seremoni penerimaan dan sambutan-sambutan dari sponsorship serta Kepala Dusun dan Kepala Sekolah, kegiatan bakti sosial pun dimulai. Pengobatan gratis juga sudah dimulai sebelum
rombongan tim Jelajah datang.
Sementara anak-anak sekolahan masuk ke ruangan untuk mendapatkan buku dan majalah gratis dari Gramedia. Saya dan beberapa kawan: Reza, Babe, Iwenk, lebih memilih duduk di saung pinggir sekolah. Panasnya itu yang bikin gak kuat.
Kebetulan ada warga yang inisiatif memetik kelapa kuning. Wah segarnya air kelapa. Dawegan kata orang Sunda. Nikmat deh....
Saya dan kawan-kawan sempat berfoto-foto di saung kayu. Lalu bersama Ganjar, saya menyusuri lapangan sepakbola berpasir putih. Jepret sana sini. Lumayan buat kenangan.
Anak-anak sekolah Setonggeng rupanya sedang bermain "Kalau Kau Senang Hati Tepuk Tangan". Bagi mereka ini permainan baru dan sangat menyenangkan. Padahal Kaka Bila udah belajar permainan ini sejak umur 2,5 tahun waktu sekolah di Lembah Madu.
Saya sebenarnya lebih banyak melihat dan membantu angkut-angkut barang. Maklumlah, saya orang baru di Batam, masih meraba sana sini, orientasi lapangan masih terus berjalan, belum kenal banyak orang dan sebagainya. Lewat kegiatan semacam ini, saya jadi akrab dengan teman-teman Tribun yang sebelumnya gak begitu kenal.
Dengan Babe Supriyadi, orang percetakan, lalu dengan anak Gramedia. Ada satu cewek, hitam manis, entah siapa namanya. Duduk rendengan waktu acara seremoni. Emang manis sih..tapi teuing saha ngarana. Ngobrol sih ngobrol, cuma selewat-selewat...Belakangan saya tahu namanya Lia. Ini waktu Ganjar manggila namanya, jadi tahu deh namanya. Lalu ada juga cewek Gramedia berjilbab. Orangnya putih, cantik. Ganjar sih foto-foto bareng sama cewek satu ini. Kalo gak salah namanya Siti. Entah Siti Nurhaliza, Siti Maemunah, entah siti siapa. Lalu ada lagi cowok2 Gramedia dan FIF. Cuma asli, saya gak pada tahu namanya..
Kondisi di Setonggeng ini enak, nyaman, Damai. Tenang banget suasana dusunnya. Maklum di pulau. Tak terlalu banyak tuntutan materi. Apa yang mereka miliki itulah hartanya. Yang penting bisa makan hari ini. Tak mikir yang macam-macam. Sebagian besar adalah orang-orang Melayu Riau. Ada pula orang pendatang dari Jawa. Lalu banyak pula orang-orang Tionghoa. Tempat tinggal mereka lebih banyak di pedalaman dusun, tempatnya ke bagian tengah pulau. Tapi saat pengobatan gratis kemarin, mereka bermunculan. Wow, banyak juga gadis-gadis Tionghoa. Putih dan catik-cantik...
Gadis-gadis pulau juga banyak yang datang ke acara Jelajah pulau ini. Mereka malu-malu untuk mendekat, tapi tetap menonton kesibukan tim. Apalagi saat Tim Jelajah tanding main bola voli dengan tim pemuda Setonggeng, mereka ini memberi semangat.
Tak terasa waktu menunjukkan pukul 15.00. Saatnya kita pulang.
Beramai-ramai warga Setonggeng, tua dan muda, mengantar tim hingga ke ujung dermaga kecil dusun. Kayak pejabat aja diiring-iring.
Mereka melambaikan tangan saat perahu mulai meninggalkan dermaga. Mungkin mereka berharap, Tim Jelajah bisa datang lagi ke dusun mereka. Bagi mereka, ini kunjungan luar biasa. Karena para pejabat pemerintahan saja tak pernah menengok mereka.
Sepanjang di laut lepas, tim kelelahan, tapi gembira. Karena kita sudah bisa berbagi kebahagiaan dengan warga di pulau terpencil. Senang rasanya menyaksikan warga bergembira.
Jam 16.30 kita merapat di Pelabuhan Sekupang. Naik mobil, kembali ke kantor untuk bekerja. Dengan sisa-sisa tenaga....mata kuyu dan cape luar biasa......


No comments: