Monday, February 01, 2010

ATM

ATM, Automatic Teller Machine, di-Indonesiakan menjadi Anjungan Tunai Mandiri, menjadi primadona pemberitaan media massa dalam seminggu terakhir ini. Uang miliaran rupiah di rekening nasabah bisa lenyap setelah diambil dari ATM bukan oleh nasabah yang bersangkutan.

Modusnya pembobolan rekaning ini beragam. Namun dari kasus yang mengemuka, modusnya lebih banyak penggandaan kartu dan pencurian personal identification number (PIN). Kartu ATM nasabah bisa digandakan melalui alat tertentu (skimmer) sesaat setelah nasabah itu bertransaksi di ATM yang sudah diincar. Nomor PIN nasabah itu pun bisa diketahui dengan bantuan kamera kecil.

Dulu kita menganggap PIN merupakan nomor sakti yang kerahasiaannya dijamin 100 persen, tidak mungkin diketahui orang, termasuk pihak bank sekalipun.
Walaupun sebenarnya, masih banyak pula nasabah yang memakai PIN dengan nomor-nomor yang mudah ditebak. Semisal, tanggal bulan tahun kelahiran, tanggal pernikahan dipadu dengan inisial.

Ternyata siapa sangka, nomor PIN yang superrahasia itu bisa dengan mudah diperoleh para penjahat dan mereka pun sukses menjebol uang simpanan nasabah berbekal kartu ATM palsu.

Seorang dokter yang tugas di Bandung saja kehilangan puluhan juta rupiah. Setelah ditelusuri, pengambilan uang dilakukan dari sebuah ATM di Bali. Padahal seumur-umur sang dokter belum pernah pergi ke Bali.

Kejahatan semacam ini memang memanfaatkan kemajuan teknologi. Kartu ATM bisa digandakan dalam waktu singkat, skimmer dan kamera mini, transfer via internet, semuanya merupakan produk kemajuan teknologi.

Sangat mungkin saat ini sudah tidak ada lagi kerahasiaan yang dimiliki nasabah.
Bayangkan saja, para penjahat yang diduga sindikat itu, sudah memiliki data PIN dari 264 ribu nasabah dari bermacam bank.

Pemilik kartu kredit sudah lama was-was dengan pembobolan rekening ini. Tanpa ada transaksi, tiba-tiba saja tagihan kartu kredit melejit. Ternyata pembobol kartu kredit yang berulah, belanja barang menggunakan kartu kredit orang lain.

Untuk menangani hal ini, Bank Indonesia kembali memunculkan wacana penggunaan kartu ATM chip, bukan magnetik. Kartu chip dianggap lebih aman ketimbang kartu magnetik.
Soal keamanan ini menjadi persoalan serius yang harus ditangani pihak bank.

Faktor keamanan merupakan layanan utama yang diberikan bank kepada nasabahnya. Apabila tidak ada lagi jaminan keamanan, nasabah bisa lari dan menarik uangnya dari bank. Sangat beruntung, kasus pembobolan rekening via ATM itu tidak menyebabkan rush, penarikan uang secara besar- besaran. Kalau itu yang terjadi, akan berdampak kepada perekonomian nasional.

Yang kita harapkan, pihak perbankan benar-benar bisa menjamin kerahasiaan data nasabah dan menjamin penggantian apabila terjadi tindak kejahatan terhadap rekening yang kita miliki.

Bagaimanapun, hingga saat ini bank masih merupakan tumpuan harapan bagi masyarakat banyak untuk mengembangkan bisnis dan meningkatkan kesejahteraan hidup. Kalau sudah tidak percaya lagi pada bank, mungkin menyimpan uang di bawah kasur dan tempat beras akan menjadi tren lagi. Mungkin.(*)
Sorot, dimuat di Harian Pagi Tribun Jabar edisi Selasa 26 Januari 2010.

No comments: