Wednesday, January 21, 2009

Sihir Obama dan Perubahan Indonesia

TONGKAT sihir itu bernama Barack Husein Obama. Begitu tongkat digerakkan sambil mengucap mantera sakti: Sim salabim abrakadabra, semua mata di seluruh penjuru dunia langsung tersihir. Semua mata memandang hanya pada satu titik. Obama.

Rela begadang menonton televisi --yang juga ramai-ramai menyiarkan secara langsung plus beragam tanggapan dari pengamat--hingga lewat tengah malam hanya untuk melihat secara langsung Obama dilantik dan menyampaikan pidato bersejarahnya. Bahkan seorang wali kota Cimahi, saat melantik pejabat eselon dua dan tiga, sampai harus mengingatkan jajarannya agar tidak lupa menonton teve. "Jangan lupa yah nanti malam menonton teve, Pak Obama dilantik," kata sang wali kota, Selasa siang.

Menonton bareng di hotel pun digelar, persis seperti menonton final Champion. Tak lupa jejeran pengamat, mulai pengamat AS, pengamat Timteng, wartawan, dkk, diundang untuk memeriahkan pelantikan Obama yang nun di seberang sana.

Besoknya, koran-koran nyaris serupa tak tak sama. Hampir semua memasang foto Obama sedang dilantik. Mustahil ada koran yang tidak memberitakan Obama hari ini. Semua sudah tersedot, tak berdaya menahan arus besar.

Obara, Presiden AS ke-44 adalah sejarah. 200 tahun lebih negeri adidaya itu berdiri, baru kali ini mayoritas warga memilih presiden berkulit hitam. Butuh ribuan nyawa budak, butuh perang saudara, butuh pengorbanan seorang Martin Luther King, dan butuh ribuan pengakuan lainnya untuk meyakinkan bahwa warga kulit hitam bukanlah warga kelas dua. "Ini Amerika baru, Amerika yang memberi harapan pada dunia," begitu seru Obama saat berpidato dan langsung disambut tepuk tangan dan teriakan dukungan dari hampir 3 juta orang yang memadati Capitol Hill.

Itulah sihir bernama Obama. Begitu memukau. Setiap kata yang terucap begitu diamati. Memang tak ada cacat dalam gayanya berorasi atau pidato. Runtut, tanpa cela dan betul-betul mencerminkan seorang orator. Dia tahu kapan harus menaikkan intonasi, kapan harus turun. Sampai-sampai ada warga AS sana yang menangis melihat Obama berpidato. Mereka rela menunggu di dingin yang mencelekit tulang. Hanya untuk seorang Obama. Tak heran, seorang pengamat bilang, setiap penampilan Obama adalah show, pertunjukan.

Lalu apa makna euforia warga Indonesia menyambut pelantikan Obama itu? Adakah gelombang perubahan yang dihembuskan Obama akan mampir juga ke Indonesia? Sesungguhnya, kita tidak boleh berharap terlalu tinggi pada Obama. Bagaimanapun Obama milik Amerika, yang memiliki garis kebijakan yang jelas. Mungkin dia akan melakukan sejumlah perubahan di AS, tapi apakah itu akan berimbas secara signifikan terhadap dunia, terhadap Indonesia? Belum tentu.

Kita boleh berharap ketika Obama menyebutkan kata moeslem dalam pidatonya. Juga ketika ia berjanji memberi perdamaian di Afganistan dan menarik pasukan AS dari Irak. Tapi juga jangan berharap, karena ia sama sekali tidak menyinggung isu terkini tentang Gaza, tentang Palestina. Padahal sejumlah kalangan ingin tahu seperti apa omongan Obama terkait korban perang, sikap Israel, dkk.

Jangan pula terlalu jauh mengharapkan Obama akan mengubah Indonesia menjadi lebih baik. Dari sisi diplomasi hubungan dua negara, mungkin iya akan terjadi peningkatan. Ini terkait dengan faktor historis Obama di Indonesia. Tapi itu tak akan cukup untuk memutuskan jaringan pelobi di sekeliling Obama, memutus kata sepakat Senat, Kongres, dll. Indonesia tentu hanya masuk dalam lingkar diplomasi ke berapa, bukan priority.

Apakah Indonesia akan berubah setelah Obama dilantik? Seharusnya iya. Dalam artian, semangat perubahan Obama itu harus menginspirasi kalangan muda untuk juga membuat perubahan. Dan perubahan itu menemukan momentumnya beberapa bulan yang akan datang. Obama punya slogan Yes We Can, yang herannya saat pidato pelantikan tidak dikumandangkan, maka kita orang-orang muda pun Yes We Can, bisa berbuat banyak untuk perubahan Indonesia.

Hanya tentu semangat saja tidak akan cukup untuk mengubah Indonesia. Saya berpikir praktis saja. Di level politik atas, jelas kalangan muda kalah start. Tak akan cukup tenaga untuk menggantikan kepempimpinan orang-orang tua kita yang akan kembali bertarung memperebutkan kursi nomor satu di negeri ini.

Mungkin memang sekarang bukan saatnya orang muda "bermain". Mesti diingat, orang muda punya stamina dan napas panjang. Jadi yang harus dilakukan adalah memberdayakan diri, orang-orang terdekat, lingkungan terdekat, untuk kemaslahatan orang banyak. Jika ini dilakukan secara massal, frekwensi gelombang perubahan itu masing-masing akan bertemu di satu titik, satu ruang dan satu waktu. Ketika itulah, ketika gelombang perubahan itu sudah membesar, orang-orang mudalah yang akan mengendalikan ritme perubahan negeri ini.

Kekuasaan bukanlah tujuan dari perubahan itu. Kesejahteraan, kemaslahatan ummat, itu yang harus dituju. Tanpa memikirkan kekuasaan, jika gelombang perubahan itu betul-betul datang dari bawah, negeri ini pun bisa berubah. Mengadopsi semangat perubahan Obama bukanlah hal yang buruk. Setidaknya kita bisa pun acuan, panutan, agar perubahan itu mewujud.(*)

1 comment:

Anonymous said...

buat saya, sosok Obama memang sangat dahsyat, tapi saya setuju sekali kalo kita tdak usah berharap banyak dari beliau, mungkin harus lebih ke pemilihan presiden yang sebentar lagi. Mao dibawa kemana negara ini? maju or mundur?

salam kenal keluarga Mac