DUA bulan kurang, kami sekeluarga menempati rumah baru. Di sana sini memang masih belum beres. Dan sejumlah komplain pun bermunculan. Mulai pemasangan keramik lantai yang tidak pas, sehingga ada yang longgar. Lalu retakan dinding yang mulai terlihat. Belum lagi dengan rembesan air hujan ke tembok yang memudarkan warna cat. Kemudian cipratan air hujan ke balkon, karena tidak ada kanopi. Tapi yang satu ini sudah diselesaikan dengan memesan kanopi ke tukang pagar.
Dan yang paling terbaru adalah kamar mandi di lantai atas, tepatnya bath tube, bocor. Kebocoran ini sebetulnya sudah saya ketahui beberapa minggu yang lalu sewaktu mandi di kamar mandi bawah. Saya perhatikan tembok kamar mandi di sebelah kidul seperti ada aliran air dari atas. Waktu itu belum terlihat warna apapun, hanya putih air. Lama kelamaan, aliran air itu berubah menjadi kuning kecokelatan. Dan mulai menyebar ke dinding sebelah timur.
Saya sudah bicara soal ini dengan Bu Eri. Kita sepakat akan memperbaiki kebocoran itu akhir bulan Januari atau awal Februari, menunggu uang gajian. Tapi rupanya situasi berubah secara cepat. Bapak baru tahu soal kamar mandi bocor itu dan langsung mengambil keputusan sendiri, seperti biasa. Akhirnya tanpa persetujuan kita-kita, Bapak mengundang tukang, Mang Jojo untuk memperbaiki kebocoran itu, minggu lalu.
Saya sendiri kurang setuju kalau Mang Jojo yang memperbaiki, karena bukan spesialisasinya. Kalau hanya membongkar dan memasang gipsum dan plafon memang itu bidangnya. Tapi kalau harus membongkar kamar mandi atas untuk mengetahui sumber tetesan air, jelas bukan ahlinya.
Karena kami ini keluarga besar yang rumahnya berdekatan, hingga segala kejadian kecil pasti akan diketahui anggota keluarga lainnya. Supaya tidak bentrok dengan Bapak, akhirnya Mas Rohman pun dimintai pendapat soal bongkar membongkar kamar mandi itu. Setelah didapat kata sepakat, disetujui bahwa Mang Jojo hanya akan mengerjakan pembongkaran plafon kamar mandi bawah dan membongkar keramik lantai serta bath tube untuk mengetahui sumber rembesan air.
Setelah dibongkar semua, baru tukang bangunan yang biasa menembok dan berurusan dengan kamar mandi yang menangani. Jadi untuk pekerjaan ini, kami memanggil dua tukang sekaligus.
Rembesan air di plafon kamar mandi bawah yang bersumber dari kamar mandi di lantai atas memang terkumpul di sekitar paralon pembuangan. Tapi setelah ditelusuri, diketahui ternyata air itu bersumber dari pipa bath tube yang tidak klop dan airnya mengalir ke mana-mana, mencari pori-pori betonan dan ketemunya di dekat paralon pembuangan. Rupanya tukang yang memasang bath tube sebelumnya ceroboh luar biasa. Tak memeriksa lagi pemasangan pipa dan langsung menembok dan memasang keramik.
Karena sudah tanggung dibongkar dan agar saya sekeluarga bisa mandi di kamar mandi atas, mau tak mau pembongkaran harus diselesaikan. Mau tak mau saya harus memakai uang yang ada, yaitu uang simpanan untuk sekolah Kaka Bila. Mudah-mudahan, nanti ada rezeki yang lain untuk menambah uang masuk sekolah Kaka.
Memang segala sesuatu itu harus diserahkan kepada ahlinya. Beruntung ada Mang Joni, tukang bangunan yang pekerjaannya rapi. Dalam waktu tiga hari, semua persoalan di kamar mandi, termasuk menaikkan bath tube agar aliran air lancar, memasang pipa, memasang kembali keramik, dan membetulkan posisi kloset jongkok, bisa dibereskan Mang Joni.
Setelah dicek ulang beberapa kali, tidak ada lagi rembesan air yang menetes ke kamar mandi bawah. Alhamdulillah, sekarang bisa mandi lagi di atas, tak perlu turun naik lagi. Bisa mandi air hangat lagi tanpa perlu memasak air. Tinggal pijit kenop, putar dikit, segar dan hangat. Tinggal memperbaiki gipsum kamar mandi bawah yang masih dibiarkan bolong, karena Mang Jojo ada pekerjaan di rumah orang lain. Mungkin Minggu besok semua selesai.(*)
No comments:
Post a Comment