Bingkai kecil ini bercerita tentang apa pun: Keseharian, tentang cerita sejarah, petualangan, rekreasi, ataupun pemikiran dan opini. Semoga Bermanfaaat!
Thursday, September 27, 2007
HALO
SELARIK SMS mampir di HP saya, jam 11.52. "A, liat di langit deh, ada Halo gede... tanda apakah itu?". Rupanya adik saya, Neng Diah, kirim pesan pendek. "Lagi di mana dia, kok bisa lihat langit. Bukannya belum jam istirahat?" pikir saya. Neng Diah sekarang sudah kerja di Bank NISP Asia Afrika. Dia kerja di bagian IT, padahal sarjana pertanian.
Saya tidak tahu apakah di langit saat itu memang ada Halo atau enggak. Soalnya, saya sedang ada di ruang les Bahasa Inggris. Sedang menjawab pertanyaan-pertanyaan dari Mr Budi, instruktur saya, untuk persiapan ujian Oktober mendatang.
Saya sempatkan membalas sms itu. "Itu fenomena alam biasa. Meuruen karena sekarang lagi halodo, maka Halonya ngabadagan". Tak lama muncul lagi SMS Neng Diah. "A fotoin donk...yg bagus ntar neng minta he he ..".
Jam 12, les pun kelar. Saya segera keluar gedung New Concept dan langsung tengadah ke langit. "Mmh, memang ada Halo dan besar," kata saya dalam hati. Saya pun memacu motor pulang ke rumah. Saya ambil kamera digital Canon kesayangan saya di dalam ransel. Walau mini, tapi kemampuan digicam satu ini maxi. Ha ha, promosi biar beli Canon. Berhubung terik banget siang tadi, saya motret sambil berteduh di teras rumah. Jadilah sebagian genteng pun terpotret, he he..
Saya masih ingat, pengetahuan tentang Halo itu didapat saat pelajaran Fisika SMP. Bu Ami yang menerangkannya. Halo sebenarnya sama dengan pelangi, hanya dia berbentuk lingkaran atau cincin mengeliling matahari.
Nah penjelasan lebih lengkap didapat dari Dr Thomas Djamaluddin, pakar astronomi Lapan. Kata Thomas, Halo itu bukanlah fenomena yang aneh dan mempengaruhi terhadap peristiwa lain. Persis seperti apa yang saya bilang via SMS ke Neng Diah.
Fenomena itu sama saja seperti halnya terjadinya pelangi. Bedanya ada pada penyebab terjadinya pelangi. Terjadinya pelangi karena titik-titik air hujan yang kemudian membiaskan cahaya matahari menjadi sepktrum-spektrum yang beraneka warna. Sementara, cicin pelangi itu terjadi karena adanya kristal-kristal es di awan Cirrus. Ketinggiannya, sekitar 10 kilometer dari permukaan bumi.
Kristal es itu akan terjadi kalau temperatur di atmosfir atas dingin. Prosesnya, uap air dari bumi naik ke atmosefer atas. Dan cincin pelangi itu terjadi pada tempat yang sama. Kristal-kristal itu kemudian mengurai cahaya Matahari seperti kejadian pelangi.
Bila hingga malam nanti kristal-kristal es itu masih ada, cincin pelangi itu bisa mengelilingi bulan. Karena temperatur di atas dingin, mejadikan tak terjadinya awan rendah. Dengan demikian bias Matahari menjadi terlihat jelas.(*)
Subscribe to:
Post Comments (Atom)
No comments:
Post a Comment