SEMINGGU, bahkan hampir dua minggu, terakhir ini, saya benar-benar merasakan kelelahan luar biasa. Mungkin ini karena load acara lumayan padat. Kesibukan dimulai Jumat, 3 Agustus lalu. Seperti biasa, pagi saya mengantar Kaka ke TK Mutiara Ibunda. Sebelum Jumatan, saya menjemputnya. Hari itu adalah hari terakhir Kaka latihan menyanyi dan fashion show untuk hari Senin.
Sebenarnya hari itu saya libur. Tapi sore hari, saya harus ke Bandung, tepatnya ke Gerai Esia di Dago, untuk meng-inject, mengisikan nomor Esia ke handphone CDMA baru. Kebetulan kantor menyediakan HP LG CDMA. Harganya cukup murah, Rp 250 ribu untuk
karyawan yang bayar cash, dan Rp 275 ribu untuk mereka yang kredit.
Saya ambil dua HP. Satu cash, satu kredit. Pertimbangan ambil dua HP, biar satu lagi dipakai Bu Eri. Jadi komunikasi bisa lebih murah, begitu promo-nya Esia.
Temannya saya di Cimahi, yang distributor Esia, tidak bisa langsung mengisi nomor, tetap mesti ke Bandung. Akhirnya saya ke Dago. Tapi baru bisa untuk satu HP, karena HP satu lagi tidak bisa menyala.
Kadung sudah ke Bandung, saya pun meluncur ke kantor Tribun untuk menukar HP yang rusak itu. Dari kantor, saya meluncur ke Otista. Kebetulan Tribun FC mau beli kaus tim baru (Baca Postingan: Stadion Siliwangi, Kaus Baru, dan Kalah). Nah Bu Eri pun lagi ada di Pasar Baru. Lagi mencari souvenir Kipas Cendana pesanan teman saya dari Batam, Mas Gentur. Katanya buat nikahan kakaknya. Akhirnya kami janjian ketemu di Seafood Cilember langganan kami.
Sabtu, 4 Agustus. Pagi sekitar jam 9, saya sudah meluncur ke Cibadak. Ini daerah pertokoan yang terkenal murah. Kata seorang teman, di Cibadak ada juga toko yang menjual suvenir pernikahan. Setelah mencari ke sana ke mari, akhirnya saya singgah di satu toko suvenir. Tempatnya kecil, tapi cukup lengkap. Dan ternyata di sini ada Kipas Cendana.
Saya mau beli 500 buah, sesuai pesanan Mas Gentur dari Batam. Saya telepon Mas Gentur,"Mau kipas yang lengkap pakai sarung tile sama nama gak?" Semula Mas Gentur oke saja. Tapi begitu tahu, selesainya tanggal 12 Agustus, spontan Mas Gentur menolak. "Waduh, kawinnya juga tanggal 15 Agustus. Pengantinnya gak mau repot. Sudah yang biasa saja, gak usah yang macam-macam," kata Mas Gentur.
Karena Mas Gentur belum mengirim uang, saya talangi dulu pembayaran Kipas itu. Tapi saat itu saya tidak bawa uang cash. Terpaksa putar-putar dulu cari ATM Mandiri. Barangnya tidak langsung dibawa, karena harus diambil dulu dari perajinnya. Baru
besoknya bisa dibawa.
Sabtu siang, saya bersama Tribun FC bermain bola di Stadion Siliwangi. Sebenarnya saya tidak turun ke lapangan. Karena tidak ada yang jadi manajer, terpaksa saya yang memanajeri. Teriak sana sini, kayak pelatih beken. Gonta-ganti pemain biar semua
merasakan rumput hijau Stadion Siliwangi. Sore harinya langsung ke kantor, seperti biasa, menggarap halaman.
Minggu pagi, badan terasa pegal. Akhirnya manggil Bu Engkos, tetangga, untuk mijat. Bu Eri dan Kaka juga pada mau dipijat. Malahan Kaka maunya nomor satu, duluan dipijat. Bada Lohor, saya bergegas keluar rumah dengan tujuan Cibadak. Mau mengambil Kipas Cendana, sekalian langsung ke kantor. Ternyata banyak juga yah. Ada 2 bungkus besar kipas, dan lumayan berat. Susah payah saya ikatkan bungkusan itu ke jok motor. Beberapa kali saya sempat berhenti, karena bungkusan hampir jatuh.
Senin 6 Agustus. Pagi-pagi sudah bersiap mengantar Kaka ke TK. Hari ini Kaka mau tampil menyanyi dan fashion show. Karena Bu Eri tidak bisa mengantar, akhirnya Bude Ani yang mengantar. Tempat lombanya di GOR Padasuka, dekat Veldrome Munaip Saleh, Cisangkan. Saya tidak bisa menunggu sampai akhir, karena jam 10.30 harus ke
tempat kursus bahasa Inggris. Pulang les, sebentar di rumah, langsung berangkat ke kantor.
Selasa 7 Agustus pagi, usai menjemput Kaka di TK, saya langsung ke kantor. Kesibukan mengurus suvenir dimulai. Saya cari kardus besar untuk membungkus suvenir. Berhubung dikirim ke Batam, tentu bungkusnya pun harus kuat. Saya belum mengirim barang hari itu. Soalnya, kiriman uang dari Mas Gentur belum sampai juga.
Nah urusan HP Esia belum tuntas. Saya datang lagi ke Gerai Esia di Dago untuk mengisi homor HP yang satu lagi. Kebetulan di sana sudah ada Eva Sirkulasi, jadi tak perlu menunggu lama. Di-inject kolektif saja biar cepat.
Rabu 8 Agustus, jam 8 saya mengantar Kaka ke TK dan langsung meluncur ke Bandung. Jam 9 saya sudah ditunggu BPLHD Jabar. Ada rapat Tim Penilai Adipura untuk persiapan penilaian Adipura 2007-2008. Sudah tiga tahun terakhir ini saya jadi Tim Penilai
kebersihan kota di Jabar. Hanya bulan Maret kemarin saya tidak ikut, karena harus tugas ke Batam.
Kamis 9 Agustus, seperti biasa saya antar-jemput Kaka. Setelah itu ke tempat les Bahasa Inggris. Oh, dari hari sebelumnya, saya sudah pusing dengan tugas Speech Contest. Bingung, topik apa yang mau dipidatokan. Akhirnya saya ambil topik tentang Pilkada Kota Cimahi, isu yang sehari-hari saya ikuti.
Pas lagi les itu, Mas Gentur telepon. Ia bilang pengiriman uang ke Bank Mandiri lewat rekening saya ternyata ditolak. Akhirnya saya minta uang dikirim ke rekening Mandiri atas nama Bu Eri. Untungnya sukses terkirim. Hari itu saya belum bisa mengirim paket ke Batam, karena sudah sore. Padahal Jumat besoknya saya libur.
Kamis siang, saya kembali ke Gerai Esia, karena Esia Bu Eri belum juga aktif. Ternyata kalau sama ahlinya memang mudah. Entah ketik apa, HP Esia Bu Eri pun bisa dipakai.
Karena menanggung amanah orang, hari libur pun saya tetap ke kantor. Hanya untuk
menitipkan paket ke Risha, resepsionis Tribun. Saya bilang nih paket beratnya 18 kilo. Udah ditimbang tadi malam. Karena Sabtu itu libur Isra Mi'raj, paket tidak bisa langsung dikirim. Mesti menunggu Senin. "Walah cilaka, Senin kan tanggal 13 Agustus, lha kawinnya tanggal 15. Bisa semaput tuh pengantin, cenderamatanya belum ada," kata saya. Namun ada jaminan dari Tiki JNE, barang bisa sampai pada Senin, paling lambat Selasa pagi.
Jumat sore, saya masih menyempatkan main dengan Kaka dan Bu Eri. Kebetulan Bu Eri lagi libur Isra Miraj. Kita main ke Ramayana, terus makan di CFC. Habis salat Magrib di Mesjid Agung Cimahi, kita meluncur ke Martabak Top, eh sekarang mah Martabak Lily, langganan. Setelah itu kita beli Sate Bu Sri khas Klaten di Baros. Baru pulang ke rumah untuk makan malam bareng.
Sabtu 11 Agustus, saya tidak ikut latihan sepakbola. Balas dendam. Karena sebelumnya pernah ke lapangan, tapi enggak ada orang sama sekali. Pergi ke kantor sekitar jam 10. Ngantuk minta ampun.
Minggu 12 Agustus. Hari itu ada undangan pernikahan. Refa, wartawan Republika menikah. Sebelum makan siang di tempat nikahan, saya dan Bu Eri meluncur dulu ke belakang Sus Merdeka. Saya punya janji dengan Agus, adik kelas saya di SMA. Dia punya counter pernak pernik dan lagi butuh modal tambahan. Nah, siapa tahu bisa buat investasi. Sejam di Merdeka, baru ke tempat nikahan di dekat MTC Margahayu. Pulang dari sana, langsung ke rumah. Cuma istirahat sebentar, saya langsung meluncur lagi ke kantor.
Senin 13 Agustus, kepala saya mulai terasa pusing. Entah kenapa. Apa karena kurang tidur atau hal lain. Saya memang selalu tidur larut. Jam 1 dini hari baru tidur. Bangun jam 5 atau setengah jam kemudian. Sakit kepala makin terasa, Selasa 14 Agustus. Setelah menjemput Kaka di sekolaha, saya ke kantor. Tapi perasaan enggak
enak banget ni badan.
Sore, teman saya, Ferry Rizki Kurniyansyah, juga anggota KPU, datang ke kantor. Dia ngasih buku tulisannya. Malamnya, dia telepon. Ferry mengajak saya masuk ke Masika (Majelis Sinergi Kalam) ICMI Jabar. Dia memang jadi ketuanya. Setelah sedikit
penjelasan, akhirnya saya oke saja. Katanya Kamis besok dilantik. Weh, mana mesti pake batik lagi...
Pulang malam, kepala makin berat dan saya gak kuat. Akhirnya saya minum Paramex. Rabu pagi, sakit kepala hilang. Tapi pilek, batuk, dan bersin, menyerang. Wah, ini sih memang mau sakit... Kondisi badan memang tidak bisa diforsir. Kita terlalu memaksa badan untuk bekerja keras, sementara kebutuhan untuk istirahat kurang. Naga-naganya saya mau tumbang nih.. Mana punya tugas lagi, bikin karangan dalam Bahasa Inggris. Terus besok harus ikut pelantikan Masika ICMI Jabar. Hah...(*)
No comments:
Post a Comment