Tuesday, November 02, 2010

Inggit Garnasih

KISAH hidup dan perjuangan Inggit Garnasih, istri Soekarno, akan difilmkan. Rencananya, Mizan Production akan memulai pengambilan gambar pada tahun depan.
Kesampingkan sosok Maudy Kusnaedi, yang digadang-gadang bakal memerankan tokoh Inggit.

Kita tak perlu berdebat apakah Maudy, yang begitu lekat dengan sosok Zaenab di sinetron Si Doel Anak Sekolahan, mirip dengan Inggit muda atau tidak. Yang perlu diapresiasi adalah upaya untuk mengangkat kisah tokoh perjuangan yang bisa menginspirasi kemerdekaan bagi bangsa ini.

Kita tahu pasti, tidaklah mudah mengangkat sebuah roman sejarah menjadi film yang komersial. Belum tentu pula, film Inggit akan sesukses film-film yang dibuat Mizan Production sebelumnya, seperti Laskar Pelangi dan Garuda di Dadaku.

Tapi langkah seperti ini yang harus didukung masyarakat luas. Di tengah terjangan film-film horor, komedi, dan berbau porno, kemunculan film-film berkualitas, walau secara kuantitas kalah jauh, ibarat oasis, penawar dahaga bagi masyarakat.

Sesungguhnya masyarakat bosan dicekoki film-film yang mempertontokan kemolekan dan kecantikan pemerannya. Tengok ketika Sang Pencerah, film tentang sosok Ahmad Dahlan, pendiri Muhammadiyah, diluncurkan beberapa waktu lalu. Ternyata sambutannya luar biasa. Masyarakat, setidaknya lewat film ini, bisa belajar soal sejarah berdirinya organisasi keislaman itu.

Lebih dari itu, ada nilai-nilai yang ditawarkan dalam film-film berkualitas semacam itu. Ketika masyarakat dikotak-kotakkan dalam baju organisasi yang sempit, ketika perbedaan kecil menjadi penyebab huru-hara, film Sang Pencerah bisa menunjukkan cara mengatasi perbedaan.

Itu pula yang diharapkan dari film Inggit. Sosok Inggit adalah sosok perempuan tangguh yang mengaping, mendampingi, dan membimbing calon pemimpin besar bangsa ini. Tak heran, banyak yang berpendapat, seandainya saja bukan Inggit yang mendampingi Soekarno di saat-saat periode sebelum merdeka itu, sangat mungkin Soekarno tidak akan menjadi pemimpin bangsa, bahkan belum tentu lulus dari Technische Hogeschool (ITB sekarang).

Perjuangan dan kesetiaan Inggit, itulah yang menjadi inti dari hidup Inggit. Mendampingi Kus atau Ngkus, panggilan sayang Inggit kepada Kusno atau Soekarno, dalam suka ataupun duka. Tak pernah mengeluh sedikit pun, walau Soekarno berada di dalam penjara. Berjalan kaki dari daerah Ciateul ke Sukamiskin, hanya untuk menengok belahan jiwanya, bukanlah hal yang memberatkan bagi Inggit.
Semua demi Soekarno, agar ia matang menghadapi perjuangan membebaskan bangsa ini dari belenggu penjajahan dan kebodohan. Dalam hal Inggit ini, adagium di sisi pria yang sukses terdapat perempuan yang hebat, terbukti adanya.

Di sisi lain, memang sudah saatnya peran perempuan Sunda di zaman kolonial ataupun kemerdekaan diangkat ke pentas nasional. Agar masyarakat tahu, perempuan Sunda pun memiliki jasa luar biasa untuk bangsa ini.

Salut untuk Mizan Production yang fokus membuat film-film yang mencerdaskan masyarakat. Dan langkah pembuatan film roman sejarah semacam ini perlu ditiru produser-produser lain. Agar bangsa ini benar-benar bisa mengejar ketertinggalannya dari negeri jiran dan bangsa lain di dunia. Mungkin, suatu hari nanti, akan ada pula yang memfilmkan kisah Mbah Maridjan, si penunggu setia Gunung Merapi. Tentu bukan unsur klenik atau mitosnyayang menonjol, melainkan pengabdian dan kesetiaan memegang teguh amanah yang harus menjadi suri teladan. Tabik! (*)

No comments: