Thursday, November 11, 2010

Gayus Lagi

OH, Gayus Halomoan Tambunan kembali membuat sensasi. Walau resminya terdakwa kasus mafia pajak itu tahanan Rutan Brimob Kelapa Dua, tak resminya ternyata dia bisa keluar masuk sesuka hati. Berbekal alasan kepala pusing, sakit perut, dan lain-lain, Gayus bebas melenggang kangkung tanpa diketahui wartawan, teman serutan, kecuali oleh petugas yang harus mengawal Gayus.

Aksi keluyuran Gayus ini terungkap setelah orang yang mirip Gayus berhasil dijepret fotografer Kompas saat tengah menonton pertandingan tenis di Nusa Dua, Bali. Orang ini mengenakan kacamata dan rambut yang jelas terlihat palsu. Ciri-ciri fisik orang ini betul- betul mirip Gayus. Dagu belahnya, hidungnya, alisnya, semuanya sama.
Indikasi bahwa orang tersebut benar-benar Gayus adalah pencopotan Kepala Rutan Brimob Kelapa Dua, Kompol Iwan Siswanto, dari posisinya, selang pemberitaan tentang Gayus yang keluyuran hingga ke Bali itu merebak.

Tapi seperti biasa, walau kepala Rutannya sudah dicopot, Mabes Polri belum memastikan bahwa Gayus lah orang yang asyik nonton si cantik Hantuchova bertanding. Bahkan Gayus pun membantah kalau ia suka minta izin keluar untuk berobat ke Rutan. "Mana bisa, kan di gembok," begitu kilah Gayus.


Tapi seribu kilah tidak akan bisa mengalahkan fakta. Foto orang yang mirip Gayus menjadi bukti tak terbantahkan dari kehebatan seorang Gayus. Sembilan orang petugas jaga Rutan menjadi korban Gayus, dicopot dari jabatan masing-masing.

Jika Gayus keluyuran ke Bali adalah fakta, pertanyaannya ada keperluan apakah dia di Bali? Apakah ia muncul di pulau Dewata itu juga masih terkait dengan kasus mafia pajak? Adakah kehadiran konglomerat Aburizal Bakrie di tempat yang sama pada hari yang berbeda terkait pula dengan tujuan kedatangan Gayus di Pulau Dewata?

Satu hal yang pasti, lolosnya pengawasan terhadap Gayus mencerminkan begitu kuasanya seseorang yang memiliki uang. Walau rekening sudah diblokir, Gayus tetaplah seorang Gayus, yang mampu menyetir orang lain, di manapun ia berada. Dari orang sekelas hakim, pengacara, pejabat polisi, semua bisa terkena sihir uang Gayus.

Ini tentu sangat mengherankan, karena baru saja pucuk pimpinan Polri diganti. Kapolri baru, Timur Pradopo, bertekad untuk membersihkan tubuh Polri dari segala kebusukan kroniisme, suap, dan korupsi. Tapi itu rupanya hanya komitmen di tingkat elite, belum menyebar menjadi kata dan tindakan di tingkat akar rumput.

Saatnya pimpinan Polri membongkar kolusi di rumah tahanan. Agar virus Gayus tidak menyebar ke tempat lain dan semakin memperburuk citra kepolisian. Sudah saatnya kita secara tegas menyatakan perang terhadap aksi-aksi mafia semisal Gayus.(*)
Sorot, dimuat di Harian Tribun Jabar edisi Kamis 11 November 2010.

No comments: