Friday, October 22, 2010

Efek Facebook

JEJARING sosial seperti Facebook memiliki dua sisi mata pisau yang sama tajamnya. Sisi positifnya sudah sangat jelas, Facebook menyambung kembali tali silaturahmi diantara para pengguna.

Selain itu, harus diakui, Facebook adalah media yang paling efektif saat ini untuk mempromosikan segala sesuatu. Ada 500 juta lebih pengguna di seluruh dunia. Data terakhir CheckFacebook per 12 Oktober 2010, menyebutkan ada 27.953.340 pengguna Facebook di Indonesia dengan jumlah pengguna pria sedikit lebih banyak dibanding pengguna wanita.

Potensi jumlah pengguna ini yang menjadi sasaran promosi. Sekali saja seorang pengguna menawarkan barang untuk dijual, berarti sekian juta orang yang akan melihat penawaran tersebut. Tak heran, Facebook menjadi ajang transaksi dan promosi yang digandrungi saat ini.

Tapi tengok pula sisi lain Facebook yang dimanfaatkan orang-orang tertentu untuk kepentingannya sendiri. Kehadiran Facebook menjadi lahan baru kalangan hacker untuk mengeruk keuntungan. Mereka beraksi memanfaatkan celah sistem keamanan Facebook yang masih bisa ditembus.

Tak heran, akun seorang mantan Ketua Mahkamah Konstitusi dan Dewan Pertimbangan Presiden, Jimly Asshiddiqie pun bisa berubah menjadi akun jualan laptop. Lalu seorang wartawan pun secara sukarela mentransfer sejumlah uang untuk membeli Ipad ke rekening temannya di FB, yang ternyata sudah dikuasai hacker.

Begitu pula dengan fenomena hilangnya sejumlah gadis setelah berkenalan dengan pria di Facebook adalah sisi negatif penggunaan jejaring sosial ini. Mendengar kisah Devi, remaja berusia 13 tahun, tentu akan membuat para orang tua benar-benar menjaga jarak dari Facebook.

Pelajar salah satu SMP negeri di Kota Bandung itu dibawa lari selama lima belas hari oleh seorang pemuda yang baru dikenalnya dua hari di Facebook. Apa alasan utama Devi mau "dibawa jalan-jalan" oleh Reno Tofik, lelaki asal Pagaden Subang itu? Ternyata, Devi tertarik dengan ketampanan Reno yang dilihatnya dari foto di Facebook. Hanya karena alasan itulah, Devi janjian bertemu dengan Reno.

Selanjutnya, mereka berpindah-pindah ke beberapa kota. Meski berkali-kali ingin pulang, Devi tak bisa lepas dari rayuan Reno. Beruntung petualangan itu berakhir, setelah polisi menangkap Reno di rumahnya di Pagaden.

Dan cerita seorang gadis dibawa lari lelaki yang baru dikenal di Facebook ini bukanlah yang pertama. Tapi banyak kasus serupa juga terjadi di sejumlah daerah. Ini menjadi warning atau peringatan kepada para orang tua di rumah. Pengawasan seperti apa yang sudah diterapkan kepada anak-anaknya terkait penggunaan internet? Apakah keluarga sudah menjadi solusi dari persoalan yang dialami anak-anak?

Ada indikasi, anak-anak sekarang mendapat saluran ekspresi mereka di jejaring sosial itu, yang tak mereka dapatkan di keluarga. Mereka bebas meluapkan perasaan mereka lewat tulisan status atau foto dan video yang secara mudah bisa diunggah di Facebook.

Sekali lagi, fenomena ini menjadi peringatan lampu merah kepada seluruh keluarga di Indonesia. Bahwa "musuh tak terlihat" yang bisa menjerumuskan anak-anak dan para remaja tak datang dari jauh, tapi dekat dengan keseharian kita. Saatnya kita mengevaluasi kembali pendidikan kepada anak di rumah, juga pengawasan dan penghargaan kepada mereka. Jangan sampai anak-anak kita lebih mementingkan komunikasi dan lebih merasa dihargai kala beraktivitas di jejaring sosial, sehingga engan bertatap muka dan berbicara langsung dengan orang tua untuk mencurahkan masalah-masalah yang mereka hadapi.(*)
Sorot, dimuat di Harian Pagi Tribun Jabar edisi Jumat 22 Oktober 2010.

No comments: