Tuesday, February 06, 2007

AKHIRNYA...


SATU bulan lebih saya tak menulis. Menengok blog iya, tapi menulis tak. Entah kenapa, susah buat menuangkan pikiran, pengalaman, kejadian hari-hari belakangan ini. Apa karena kandungan Bu Eri kian besar atau pekerjaan kantor yang kian menuntut konsentrasi penuh. Entahlah.
Yang pasti, banyak hal yang terjadi, yang ingin dituangkan dalam blog ini. Sangat banyak. Saya pakai tag “Akhirnya…”, karena saya akhirnya menulis lagi, karena Bu Eri akhirnya melahirkan, karena akhirnya punya pembantu baru walau sekejap, karena akhirnya….
Alhamdulillah, akhirnya bidadari yang diharapkan itu lahir. NAMIRA ZENECHKA HAYATUNNUFUS. Lahir 27 Januari 2007 pukul 18.00 di RS Cibabat Cimahi, tempat yang sama seperti kakaknya, Nabila, lahir.

Nama ini hasil searching dan sedikit perenungan. Saya bolak-balik cari di internet, nama-nama bayi Islami. Karena hasil USG sudah ketahuan anak saya perempuan, mencari nama pun fokus di nama perempuan.
Saya cari nama dengan awalan Na. Kenapa? Biar dua bidadari ini punya nama yang hampir mirip. Nabila, lalu Na siapa gitu. Setelah ditimbang-timbang, akhirnya ketemu nama Namira. Namira berarti Murni atau Asli. Sebenarnya ada pula sejarahnya. Saat Umrah ke Tanah Suci, di Padang Arafah ada sebuah mesjid yang bernama Mesjid Namirah. Sedikit banyak nama mesjid ini menginspirasi, sekaligus untuk terus mengingatkan Tanah Suci dan Padang Arafah, miniatur Padang Mahsyar di akhirat.
Lalu nama tengah Zenechka. Ini berasal dari Bahasa Rusia. Saya cari-cari di internet, ada nama ini. Patokan saya, nama Islami itu bukan hanya nama Arab. Toh, banyak yang bernama Arab, tapi artinya buruk, seperti Abu Jahal. Zenechka ini punya arti Mulia.
Nah, untuk nama terakhir, saya tidak mengambil nama keluarga atau nama saya, Mubarok, misalnya. Saya ikuti nasehat teman saya anak Sastra Prancis yang punya blog Rinurbad. Dia bilang, kalau anak, terutama perempuan, punya nama belakang keluarga atau bapaknya, kasihan kalau dia menikah. Nama belakangnya jadi berlainan. Contohnya ya Rinurbad itu. Nama di akte tertulis Rini Nurul Badriah Sumartono. Tapi di KTP sekarang, setelah menikah dengan Agus Handoyo, namanya jadi Rini Nurul Badriah Handoyo.. Karena itu, saya memilih nama Hayatunnufus, dari Bahasa Arab. Artinya nafas kehidupan. Jadi secara lengkap, arti nama anak saya itu kira-kiranya Orang mulia yang suci atau murni dan menjadi nafas kehidupan bagi orang lain (dalam artian bermanfaat bagi orang lain).
Begitulah ceritanya.
Seperti saat melahirkan Nabila dulu, Bu Eri seperti biasa masih tetap meliput hingga titik darah penghabisan. Jumat 26 Januari, dia masih meliput flu burung dan masih pula turun naik tangga.
Malamnya, ketika saya pulang, dia mengeluh gak enak perut. Tidur jadi susah, miring kiri gak enak, kanan apalagi. Tapi saya tidak menyangka itu sebagai awal dari persalinan. Soalnya, si orok ini masih terus nendang-nendang ibunya, benjol di kiri, nonjok di tengah. Dari bacaan dan kata orang, biasanya orok yang mau lahir lebih pendiam dan stabil dalam posisi murungkut tengkurap.
Eh, tahunya jam 4 subuh, Bu Eri membangunkan saya. Dia bilang tadi ke kamar mandi, terus seperti ada sereset sereset gitu, lendir yang keluar. Saya sih tenang saja. Masih jauh.
Jam 7 pagi, Bu Eri bilang ada lendir lagi yang keluar. Saya sih tetap tenang juga. Udah sekarang mandi dulu, nanti kalau sudah mandi baru hubungi Dokter Lies, dokter yang nangani Bu Eri sejak awal.
Akhirnya kita pun bersiap bawa tas perlengkapan bayi dan ibu. Di RS Cibabat. Langsung diperiksa bidan. Katanya baru pembukaan 2-3. Lalu Dokter Lies datang. Setelah diperiksa, dia bilang pembukaan sudah 3-4. “Paling nanti lah jam 7 lahirnya. Saya mau ke kondangan dulu yah,” kata dia enteng.
Di kamar persalinan Cuma ada saya, Bu Eri, dan Ibu. Selama menunggu itulah, Bu Eri terus mulas atau mengalami kontraksi 5 menit sekali, lalu 3 menit sekali, dan semakin sering. Alhamdulillah, saya tidak panik. Mungkin karena sudah pengalaman. Justru Bu Eri yang punya perasaan takut. “Takut gak bisa mengejan,” katanya.
Saya sih enteng saja lah. Selam nunggu juga, saya ngobrol ketawa-ketawa dengan Ibu dan perawat. Padahal di pinggir saya, Bu Eri lagi ngehembus-hembusin napas, supaya tidak Ngeden. Karena ketawa melulu, Bu Eri sampai marah-marah. “Kenapa sih ketawa-ketawa, orang lagi sakit gini”… he he kalem Bu kita membantu biar gak stress…
Jam 16.30, sudah bukaan 6-7. Makin dekat saja. Lalu Jam 17.00, sudah 8-9. Akhirnya si Dokter pun dikontak supaya segera datang.
Jam 17.30, Dokter Lies datang. Dia langsung singkil. Pake sarung tangan dan menyiapkan peralatan. Bentar lagi katanya kalem. Akhirnya masa itu pun tiba. Bu Eri ngegerung, ngedan, ngaheujeun, dll buat ngeluarin si Adik. Ayo semangat, jangan ngedan di leher, terus terus..Teriak saya memberi semangat. Ya, saya memang ada di samping Bu Eri biar dia kuat, sekalian supaya tahu seperti apa melahirkan itu.
Akhirnya jam 18.00, dibareng ngedan terakhir, muncullah kepala kecil itu dari selangkangan Bu Eri. Lalu brol, sesosok makhluk kecil keluar dan tak lama kemudian, menangis lah untuk pertamakalinya si jabang bayi.
Alhamdulillah, selamat, normal. Plasenta Si orok langsung dipotong, lalu dibawa ke tempat perawatan bayi. Dua jam kemudian, Bu Eri dipindahkan ke ruang perawatan, si orok pun ikut. Eh, ternyata dia sudah melek. Matanya belo lihat kiri kanan.
Lucu...

No comments: