Thursday, May 14, 2015

Cuma Bisa Cuci Mata di Johor Premium Outlet (Edisi Jalan-jalan ke Johor Bahru-3)

PENDUDUK Johor Bahru sekitar 1,6 juta. Bila digabung dengan kawasan metropolitan, jumlahnya mencapai 1,8 juta. Sebagai ibu kota Negeri Johor, Johor Bahru sesungguhnya masih terbilang sepi. Arus lalu-lintas tak dirundung kemacetan. Lalu-lalang warga pun tak seramai Bandung.

Memang gedung-gedung berlantai tinggi menjulang di sana-sini. Ada KSL City, Zurich Bank, atau bangunan hotel seperti New York Hotel, Embassy, Crystal Crown, dan Grand Paragon. Rencananya tahun ini akan ada 17 bangunan hotel bertaraf internasional lagi yang akan dibangun.
Rombongan foto bersama di depan Hotel Thistle. Di sini kami dijamu makan malam.
 Bayangkan dengan seabrek menara tinggi dan aktivitas bisnis yang padat, tetap saja Johor Bahru tidak bisa disebut ramai. Justru karena belum terlalu padat dan ramai itulah, Pemerintah Malaysia memindahkan pusat pemerintahan Johor Bahru ke sebuah kota baru di dekat pantai, Nusa Jaya. Tak susah bagi mereka, karena mereka sudah berpengalaman memindahkan pusat pemerintahan di Kuala Lumpur ke Putera Jaya.

Beda dengan di negara kita, sudah padat saja tidak ada kemauan untuk memindahkan pusat pemerintahan. Karena itu, kita harus angkat jempol untuk Wali Kota Bandung Ridwan Kamil yang siap mewujudkan rencana pemindahan pusat pemerintahan dari kota Bandung ke daerah Gedebage.


Sejak tahun 2007, proyek pembangunan kota baru Nusa Jaya sudah dimulai. Kawasan ini menempati lahan seluas 9.600 hektare dan direncanakan bakal rampung pada 2025.

Sebelum mengunjungi tempat wisata Hello Kitty Town dan Legoland Malaysia di Nusa Jaya, saya yang turut bersama rombongan Garuda Indonesia, berputar terlebih dahulu ke kompleks pusat pemerintahan di Kota Iskandar Nusa Jaya. Rasanya seperti masuk ke sebuah perumahan elite, semisal Kota Baru Parahyangan. Di sebelah kanan pintu gerbang adalah Masjid Kota Iskandar, Nusa Jaya. Masjid besar dengan arsitektur paduan melayu dan timur tengah.

Di seberang masjid terdapat gedung parlemen, kantor wali kota, dan kantor Menteri Besar Johor. Kompleks pemerintahan dengan masjid dipisahkan sebuah lapangan luas seperti alun-alun.

Menurut Zulkifli, pemandu perjalanan kami, sistem pemerintahan di Malaysia memang berbeda dengan Indonesia. Kepala negara dan pemerintahan dipegang oleh dua orang yang berbeda. Maka kita mengenal Yang Dipertuan Agong sebagai kepala negara, dan perdana menteri sebagai kepala pemerintahan.

"Begitu pula di tingkat provinsi atau negeri, Sultan Johor itu hanya kepala daerah saja, bukan sebagai kepala pemerintahan atau eksekutif. Untuk urusan pemerintahan ada Menteri Besar Johor, di tingkat kota ada wali kota. Sultan itu simbol pemersatu, tidak bisa mengintervensi pemerintahan, tapi tetap punya wibawa dan pengaruh terhadap kehidupan masyarakat Johor," tutur Zulkifli.

Selain sebagai pusat Pentadbiran Baru Negeri Johor atau pusat pemerintahan Johor, kata Zulkifli, Nusa Jaya pun dibangun sebagai kawasan industri di bagian selatan Johor, kawasan media, dan pendidikan tinggi. Karena berada di tepi laut, dibangun pula Puteri Harbour, pelabuhan laut kelas internasional.
"Kami berharap Nusa Jaya ini bakal banyak dikunjungi wisatawan dengan dibangunya kawasan wisata seperti Legoland, Hello Kitty, lalu Danga Bay. Tidak kalah sama Singapura," ujar Zulkifli.

Dari pemantauan selama berkeliling Nusa Jaya memang terlihat ramainya pembangunan sebuah kawasan perkotaan. Walau masih terasa gersang, di sana-sini sudah hadir beberapa kawasan niaga dan wisata. Johor Premium Outlet (JPO) misalnya. Ini surga belanja kelas dunia yang diharapkan bisa menarik minat wisatawan penggila merek-merek beken. Terlebih harganya lebih murah dibandingkan dengan Singapura. Di sini diterapkan aturan ketat bahwa pembelian produk harus menggunakan Ringgit Malaysia. Dolar Singapura dan Rupiah tak berdaya di sini.

Merek-merek terkenal seperti Vinnici, Padini, Michael Kors, Geox, Kipling, Marc Jacobs, Trumi, Ferragamo, Akemiuchi, berderet di mal belanja dengan lahan parkir luas ini. Wisatawan yang berbekal uang banyak tentu tak akan ketinggalan memborong barang- barang bermerek di JPO. Berbeda dengan saya yang cukup cuci mata dan window shopping saja selama berkeliling di JPO sambil membaca papan nama merek-merek beken dunia itu.

Pantai-pantai di tepi Nusa Jaya pun direklamasi untuk memperluas daratan sehingga menjorok ke lautan. Di pantai Pasir Gudang, yang merupakan kawasan industri, reklamasi itu nyaris mencapai setengah dari Selat Johor. Tak heran, jarak ke Singapura hanya sepelemparan batu, sangat dekat.

Selama perjalanan empat hari berkeliling di Johor Bahru dan Nusa Jaya, saya melihat bahwa pemerintah Malaysia, Johor, dan Johor Bahru, benar-benar mempersiapkan betul tatanan sebuah kota. Zonasi antara permukiman, pusat niaga dan bisnis, begitu jelas, tidak tumpang tindih seperti di Bandung. Jalur pedestrian benar-benar berfungsi dan tak semrawut. Warga pun disiplin mengikuti aturan yang diterapkan penguasa kota.

Tak ada salahnya kita meniru apa yang dilakukan negeri jiran ini. Menata kota sedemikian rupa, sehingga menjadi kota yang nyaman untuk ditinggali sekaligus menjadi tujuan wisata dan belanja. (*)
--Tulisan Serial 1-3 dimuat di Harian Pagi Tribun Jabar secara bersambung mulai 7-9 April 2015--

No comments: