Wednesday, August 11, 2010

Ramadan yang Agung


SETAHUN telah berlalu, Ramadan kembali menghampiri kita. Bulan penuh rahmat, penuh ampunan ini, tak pernah lelah menyapa dan mengunjungi jiwa-jiwa yang penuh kesalahan dan dosa. Bersiap menyapu bersih segala kotoran dari diri manusia yang ikhlas dan mampu mencapai derajat takwa dengan puasa di bulan Ramadan.

Sesungguhnya, inilah salah satu nikmat yang diberikan Sang Pencipta kepada kita, masih diberi kesempatan menikmati hari-hari bersama Ramadan yang Agung.
Kabar gembira dari Ramadan tahun ini adalah penentuan awal atau hari pertama puasa yang tidak ada perbedaan di antara ormas-ormas Islam, pemerintah, ataupun perhitungan astronomi.

Hal yang sesungguhnya menjadi kerinduan setiap kaum muslimin, bisa bersama-sama menjalankan ibadah yang hanya Allah SWT saja yang menilainya itu secara serentak di seluruh Indonesia, bahkan di seluruh dunia. Kerinduan dan kegembiraan itu akan kian lengkap, apabila saat merayakan Hari Raya Idulfitri pun juga bersamaa, tidak ada perbedaan tanggal.


Beragam cara dilakukan untuk menyambut bulan suci ini. Bahkan sudah menjadi tradisi di dalam kehidupan sebagian besar masyarakat. Orang Sunda mengenalnya dengan sebutan munggahan.

Ada yang menyambutnya dengan makan bersama alias botram, atau di Cianjur disebut papajar. Ada pula yang mandi di kali atau curug, untuk membersihkan diri. Sementara warga Kampung Ciwindu, Sumedang, berkeramas memakai tanah porang sebagai simbol membersihkan diri.

Intinya satu, bahwa semua bersyukur dan menyambut gembira datangnya bulan Ramadan. Bersyukur bahwa tahun ini masih diberi kesempatan, diberi umur, untuk memasuki Ramadan dan beribadah dengan nilai pahala berlipat-lipat.

Tentu harapan kita semua, ibadah di bulan Ramadan kali ini jauh lebih baik dibanding Ramadan tahun lalu dan hari-hari biasa. Sangat merugi bila ibadah yang kita lakukan tak jauh beda dengan hari di luar Ramadan. Seolah kita tak merasakan keagungan Ramadan ini, terasa hambar karena ibadah kita menjadi ritual yang sama dari tahun ke tahun atau sekadar seremoni.

Semoga kita termasuk orang-orang yang bisa menyemarakkan Ramadan dengan ibadah yang kualitasnya nomor satu. Dan hasil dari ibadah itu terlihat pada sebelas bulan selepas Ramadan. Marhaban ya Ramadan.(*)
Sorot, dimuat di Harian Pagi Tribun Jabar edisi Rabu 11 Agustus 2010.

No comments: