Monday, September 07, 2009

Resensi Buku: Akar Panjang Industri Musik

Judul: Industri Musik Indonesia, Suatu Sejarah
Penulis: Muhammad Mulyadi
Cetakan: I, Agustus 2009
Penerbit: Koperasi Ilmu Pengetahuan Sosial
Tebal: 223 halaman
Harga: Rp 48.000

SAYA bersyukur bisa meresensi buku ini. Mengapa? Terus terang, saya sedang dilanda kemalasan yang luar biasa. Kemalasan ini dipicu akibat kelelahan kerja. Karena lelah, saya tidak ingin mengerjakan hal lain, kecuali tidur, istirahat, untuk kemudian bekerja lagi.

Produktivitas menulis saya turun drastis sejak enam bulan lalu. Itu bisa dilihat dari arsip tulisan di blog ini. Duh, ritme kerja yang berubah 100 % membuat saya ribet, karena juga harus mengubah ritme hidup. Saya jadi KALONG. Bekerja di malam hari, tidur di siang hari.

Ditengah kesenyapan aktivitas menulis, hanya tulisan Sorot yang menjadi penyambung nyawa blog ini. Itu pun karena memang sudah terjadwal untuk menulis, sehingga mau tidak mau harus ada tulisan, apapun. Dengan adanya resensi ini, setidaknya semangat saya untuk menulis mulai menggeliat lagi. Ayo Menulis Lagi!!

DOEL Sumbang, penyanyi dan pencipta lagu, ternyata pernah mendapatkan bonus sebuah Mercedes Baby 300E dari hasil penjualan album Aku Cinta Kamu yang terjual 700 ribu kaset. Atau tahukah Anda, grup rock God Bless pernah hanya dibayar Rp 50.000 untuk manggung di dalam kota Jakarta? Atau bahkan Euis Darliah, penyanyi Apanya Dong, dibayar dengan cek kosong saat manggung di Ujungpandang?

Hal-hal kecil tapi menarik itu bakal Anda temukan pada buku yang ditulis Muhammad Mulyadi ini. Booming industri musik di Indonesia saat ini ternyata memiliki akar yang panjang sejak tahun 1950-an.

Ada beberapa aspek yang mendukung perkembangan industri musik di tanah air. Media adalah salah satunya. Sejumlah penyanyi era 70-an dan 80-an banyak dibesarkan oleh RRI, TVRI, atau bahkan majalah Aktuil. Sebut saja nama Hetty Koes Endang dan Andy Meriem Matalatta.

Aspek lainnya adalah teknologi yang terkait dengan panggung dan peralatan band serta fasilitas rekaman. Kondisi saat itu sungguh jauh berbeda dengan sekarang. Studio musik bisa dihitung dengan jari. Grup band pun tak semuanya punya peralatan. Mereka harus antre dan meminjam alat band hanya untuk latihan musik.

Buku ini merupakan tesis Mulyadi di program pascasarjana Universitas Indonesia. Tak heran, hampir di setiap halaman buku ini terdapat catatan kaki.
Bagi sebagian pembaca, kadang-kadang keberadaan catatan kaki ini mengganggu. Apalagi jika catatan kaki menyita hampir setengah halaman buku, seperti di halaman 4, 104, dan 131. Tapi bagi sebagian pembaca lainnya, catatan kaki membantu memperjelas sumber yang dikutip. Bagi Mulyadi, tentu catatan kaki ini sebagai pertanggungjawaban secara ilmiah dalam mengutip sumber.
Buku ini pun relatif bersih dari kesalahan penulisan atau pengetikan. Hanya ada beberapa saja, seperti penulisan kata penunjukan yang ditulis "penunjukkan" (halaman 96). Kemudian penggunaan kata tidak baku "pagelaran" yang seharusnya "pergelaran" sebagai kata ganti dari pementasan dan pertunjukan (halaman 89).
Sayang, Andrea Hirata, penulis buku laris Laskar Pelangi, sebagai penggemar berat Rhoma Irama, tampaknya harus gigit jari bila membaca buku ini. Buku ini tak menyentil sedikit pun soal industri musik dangdut dan melayu. Padahal di era 70-an, Bang Haji Rhoma dengan Soneta Grupnya begitu fenomenal mengguncang industri musik Indonesia.
Mulyadi beralasan, untuk menuliskan musik dangdut diperlukan studi khusus. Karena dangdut tidak berakar dari musik Barat, mempunyai keunikan tersendiri, dan cakupannya luas sehingga hanya industri musik rock, pop, dan jazz, yang menjadi fokus penulisan buku ini.
Meski begitu, buku ini tetap layak dibaca dan bakal menambah wawasan para penyuka musik di tanah air. Setidaknya buku ini menawarkan pendekatan sejarah sehingga begitu gamblang menggambarkan aspek-aspek yang terlibat dalam sebuah industri musik. (mac)
Dimuat di Harian Pagi Tribun Jabar edisi Minggu 6 September 2009.

2 comments:

Wisata Riau said...

hi sobt.... wah... kangen ne... dah laamaaa.. bangett.. aq ga main disni......... Mohon maaf lahir n bathin ya sobt.. ntar takutnya ga sempat.. hihihiih

Wisata Riau said...

OYA...hm.. bisa minta bantuannya ga?? gini sobt.. sekrang title blog aku jadi Wisata Riau,, jdi klu bisa link aku di blog mu.. texk anchornya di ganti menjadi Wisata Riau.. bukan SungaiKuantan lagi.. trims b4