Monday, May 04, 2009

Bisnis Jawaban UN

DUA pekan terakhir, siswa SMA dan SMP mengikuti ujian nasional (UN). Untuk tingkat SMA dan sederajat, ujian sudah berakhir, sementara untuk tingkat SMP dan sederajat masih berlangsung hingga hari ini.

Sebetulnya tidak ada yang istimewa dari pelaksanaan ujian ini, karena berlangsung setiap tahun. Hanya karena tahun ini standar kelulusan naik, UN dianggap sebagai hantu yang bisa menenggelamkan masa depan seseorang.

Hal menarik yang terjadi di setiap pelaksanaan UN adalah selalu munculnya bocoran kunci jawaban soal mata pelajaran yang diujiankan. Padahal pembuatan soal UN dan pendistribusiannya dijaga ketat aparat keamanan dan dinas pendidikan serta pengawas. Tetapi, tetap saja selalu ada mereka yang memanfaatkan situasi dan kondisi, bahkan menjadikan bocoran soal itu sebagai bisnis.

Forum Guru Independen Indonesia menemukan adanya indikasi jual beli kunci jawaban soal UN yang melibatkan pelajar. Sejumlah pelajar rela menunggu sejak pagi seusai subuh untuk mendapatkan bocoran jawaban itu. Mereka pun rela merogoh dalam-dalam kantungnya untuk membayar Rp 100 ribu hingga Rp 200 ribu per mata pelajaran.
Pekan sebelumnya, bocoran jawaban UN SMA beredar via SMS. Mereka yang mendapat kiriman SMS ini lebih banyak yang tidak mempedulikannya. Tapi bisa jadi ada pula siswa yang tergiur dengan kunci jawaban itu dan mengisikan di lembar jawaban.
Apalagi berdasar hasil pengerjaan seorang guru matematika di Bandung, kunci jawaban yang beredar untuk soal Matematika benar-benar 100 persen persis.

Tentu beredarnya bocoran kunci jawaban UN ini harus dipertanyakan. Sejauh mana tingkat pengamanan soal-soal UN hingga dijamin tidak ada kebocoran. Departeman Pendidikan Nasional atau dinas pendidikan di daerah sebagai penyelenggara UN tentu bersikukuh tidak terjadi kebocoran. Kalaupun ada beredar kunci jawaban, siswa diminta tidak mempercayainya.

Secara psikologis, beredarnya kunci jawaban ini sangat mengganggu siswa, terutama mereka yang betul-betul belajar siang malam untuk menghadapi UN ini. Selentingan di kalangan siswa tentang hal ini akan mempengaruhi "keteguhan" mereka atas hasil belajarnya selama ini.

Akan muncul pemikiran, sia-sia saja belajar kalau ternyata di luar beredar kunci jawaban. Persaingan menjadi tidak sehat. Mereka yang tak belajar hanya mengandalkan uang dan bocoran kunci jawaban tentu tak masalah. Parahnya, kalau siswa yang betul-betul belajar jadi tergiur untuk memakai kunci jawaban.

Di sinilah musibah dunia pendidikan terjadi. Tren serba instan, ingin cepat selesai, dan tak mau bersusah payah, menghinggapi para pelajar. Mentalitas superinstan ini yang akan terus menyuburkan munculnya praktik-praktik jual beli kunci jawaban, dan lambat-laun kian memperbodoh siswa. Rupanya, ini yang sengaja terus dipelihara oleh pihak-pihak tertentu agar bisnis semacan ini terus berjalan. Tapi mereka tak peduli dampak di kemudian hari.(*)
Sorot, dimuat di Harian Pagi Tribun Jabar edisi Kamis 30 April 2009.

No comments: