Monday, August 18, 2014

Mudik Lebaran 1435H: Pengalaman Pertama (1)

TIGA belas tahun saya menikah dengan istri saya, Eri Mulyani. Tapi baru tahun ini, saya bisa merasakan mudik Lebaran ke Magelang, Jawa Tengah. Maklum, saya tinggal di Cimahi dan kampung halaman saya di daerah Cihanjuang, Cimahi. Seperempat menit pakai motor, sudah tiba di tujuan. Jadi tidak seperti mudik orang lain ke tempat yang jauh.

Memang pergi ke Magelang, bukan kali ini saja. Sudah beberapa kali. Tapi bukan di saat mudik. Biasanya, berlibur ke sana, ketika libur akhir tahun. Atau dua bulan setelah Lebaran. Jadi aura lebarannya sudah hilang.

Nah, Lebaran 28 Juli lalu, kami sekeluarga besar, secara berombongan, pulang kampung dan mudik ke Dusun Bumen, Desa Karangrejo, Kecamatan Borobudur, Kabupaten Magelang, Jawa Tengah. Tak hanya: saya, istri saya, dua anak saya, Nabila dan Namira, bapak dan ibu mertua yang mudik. Keluarga kakak ipar saya dari Tangerang, Mas Nur, serta Mas Rohman juga ikut barengan mudik. Jadilah, tiga mobil berkonvoi menuju Jawa Tengah.

Hanya saja, ketiga mobil ini berbeda tujuan. Mobil sedan Honda yang disopiri Mas Rohman hanya bareng sampai pintu tol Cileunyi, Lepas tol, mobil sudah belok ke arah Sumedang menuju Pantura. Karena Mas Rohman dan keluarga akan mudik ke Salatiga. Sementara Mas Nur, akan mudik ke Purwokerto. Tapi sebelumnya, akan mampir dulu ke Borobudur, mengantar Mbah Uti yang ikut mobil Avanza Mas Nur.

Seperti biasa, saya pakai Avanza rentalan. Tentu sopirnya adalah Pak Asep. Sopir yang sejak tujuh tahun lalu menyertai ke mana pun kami pergi ke luar kota. Pertama kali bekerja sama dengan Pak Asep ini, ya saat liburan ke Borobudur.(Baca juga : Tour of Borobudur).

Hanya satu keluarga yang ditinggal di Cimahi. Keluarga Mas Rikhan. Maklum, kakak paling tua itu mau pulang ke Sukabumi. Namun sebelumnya, selama seminggu lebih, menunggu rumah dulu yang ditinggal kami.

Saya memilih berangkat mudik selepas salat Ied, Senin 28 Juli. Alasannya, hari itu, puncak mudik sudah lewat. Hari Sabtu dan Minggu sebelumnya adalah puncak mudik. Dengan perkiraan, kemungkinan macet jalur selatan hanya di seputar Nagreg. Itu pun karena dipenuhi pemudik lokal, yang mau ke Garut dan Tasik saja.

Alasan lainnya, karena berangkat sebelum tanggal itu tidak mungkin. Bisnis istri saya, jualan Baju Enggal, yang tengah pameran di Citylink, baru tutup pada Minggu 27 Juli malam. Pas saat malam takbiran. Jadi hanya Senin selepasi Ied saja, satu-satunya pilihan untuk waktu berangkat.

Setelah molor sejam setengah dari waktu yang direncanakan, akhirnya jam 11.30, tiga mobil pun konvoi keluar dari Kampus Unjani menuju Jalan Tol Cileunyi. Untuk selanjutnya, melaju di jalur selatan menuju Magelang. Magelang, Here We Come! (bersambung)

No comments: