Friday, March 29, 2013

Teka-teki Harta Djoko

HARI-hari belakangan ini, nama Desa Kumpay di Kecamatan Jalan Cagak, Kabupaten Subang muncul dalam pemberitaan. Desa yang sebelumnya aman tenteram, jauh dari kebisingan, itu mendadak jadi buruan para pewarta. Itu terkait dengan disitanya aset lahan puluhan hektare milik Irjen Pol Djoko Susilo, tersangka kasus korupsi pengadaan simulator SIM Mabes Polri yang berada di desa tersebut.
 

Tak pelak, ingar bingar di media membangunkan keheningan Desa Kumpay, sekaligus mengejutkan bagi warga. Selama ini, mereka hanya tahu tanah luas berbukit-bukit itu milik Jenderal Djoko. Sesekali, batang hidungnya kelihatan. Mungkin untuk mengontrol vila, kolam ikan, rusa dan kuda-kuda kesayangan.
Tapi tentu, tak pernah bersua, apalagi bercakap-cakap dengan rakyat somah di Desa Kumpay. Maklum, Jenderal. Tidak sembarang orang bisa masuk ke lahan milik Pak Jenderal ini. Itu karena pintu masuknya berupa gerbang besi yang setiap saat dikunci, kalau tidak dijaga. 



Kejutan bagi warga adalah lahan milik Djoko yang Jenderal itu disita oleh Komisi Pemberantasan Korupsi (KPK). Konon, bagi sebagian orang, terutama yang terbiasa kongkalikong dalam proyek atau mengembat uang bukan haknya, ketika nama KPK disebut, membuat hati gentar, kalau tidak ketakutan. Warga baru ngeh," Oh, rupanya Pak Jenderal ikut korupsi".
 

Maka keberanian warga pun muncul saat gerbang akses ke lahan Djoko dibuka lebar-lebar. Mereka berani mematok dan mengkapling-kapling lahan untuk digarap di kemudian hari. Namun usaha itu kemudian dihentikan aparat desa dan polisi setempat, karena tentu melanggar hukum dan bukan hak mereka.
 

Tak cuma di Desa Kumpay, lahan diduga milik Djoko Susilo pun terbentang lebih luas di Desa Cirangkong, Kecamatan Cijambe, masih di Kabupaten Subang. Di tempat ini pun plang putih berkop KPK sudah ditempel dan bertuliskan: Tanah dan Bangunan Ini Telah Disita.
 

Itu baru cerita di Subang. Cerita soal lahan, baik tanah dan bangunan, milik Djoko yang bertebaran di sejumlah daerah, pasti akan membuat mulut kita menganga, tergagap-gagap. Bayangkan saja, rumah-rumah mewah bertebaran di Jakarta, Depok, Semarang, Solo, Yogyakarta, dan Bali. Nama pemilik rumah, kalau tidak istri pertama, ya istri kedua, atau istri ketiga. Belum sejumlah kendaraan di Jakarta dan Yogyakarta. Lalu ada pula pom bensin di Bogor, Semarang, dan Jakarta Utara.
 

Bengong? Jelaslah, siapa yang tidak akan bengong dengan sejumlah harta kekayaan milik jenderal berbintang dua itu. Polisi sekalipun, kata kriminolog yang juga anggota Kompolnas Adrianus Meliala, dibuat bengong dan bingung dengan kekayaan melimpah ruah milik Djoko Susilo itu.
 

Teka-teki kekayaan sang jenderal inilah yang harus diungkap oleh KPK. Agar tudingan pengacara tersangka, bahwa KPK tebang pilih, bahkan membabibuta dalam menyita aset tersangka korupsi terbantahkan. Jika harta itu benar berasal dari hasil korupsi saat Djoko menjabat sebagai Komandan Korlantas dan terkait pengadaan simulator SIM, tentu kewajiban KPK untuk menyitanya. Tapi bagaimana pula dengan harta yang didapat sebelum Djoko menjabat Kakorlantas? Apakah akan ditelusuri juga asal usulnya? Mudah-mudahan cuma satu jenderal saja yang seperti ini. Seperti dikatakan Kapolri Jenderal Pol Timur Pradopo, saat ditanya soal anak buahnya yang punya harta bertebaran di mana-mana. "Insya Allah, tidak terjadi lagi seperti itu". (*)
Sorot, dimuat di Harian Pagi Tribun Jabar edisi Sabtu 23 Maret 2013