Friday, March 15, 2013

Mencari Pemimpin Bandung

TIDAK terasa, Kota Bandung akan segera menggelar pemilihan wali kota kembali. Lima tahun periode kedua wali kota sekarang, Dada Rosada, berlalu begitu cepat. Seolah, perjalanan kota ini hanya dari satu pemilihan wali kota ke pemilihan wali kota berikutnya.
 

Di tengah-tengahnya tak terasa ada 'greget'. Setidaknya sebuah program pembangunan yang betul-betul fenomenal, jadi perbincangan dan selalu dikenang warga, karena manfaatnya terasa oleh masyarakat luas.
Yang terjadi, di akhir-akhir masa kepemimpinan periode kedua ini adalah tanda-tanda menyerah terhadap persoalan akut Kota Bandung dan persiapan untuk mewariskan persoalan itu kepada pemimpin berikutnya.
 

Seperti pernah disinggung dalam sebuah acara beberapa waktu lalu, Dada Rosada menyampaikan ada sejumlah persoalan kota yang masih membelit Bandung dan belum tuntas penyelesaiannya. Masalah itu antara lain tentang pengelolaan dan pengolahan sampah, persoalan banjir, kemacetan dan transportasi, serta pedagang kaki lima.
 

Masalah-masalah tersebut jelas masalah klasik perkotaan yang sudah ada, bahkan jauh sebelum Dada memimpin. Hanya solusi yang ditawarkan, ternyata tak selalu ampuh mengusir persoalan perkotaan itu.
Rasanya, warga Kota Bandung sudah kenyang dengan tontonan kemacetan setiap hari, terlebih di akhir pekan. Sudah kebal dengan tumpukan sampah menggunung, jika alat pengangkut ngadat dan TPA Sarimukti didemo warga. Sudah pasrah terjebak banjir cileuncang dan kendaraan mogok di jalan-jalan protokol. Minimalnya, itulah persoalan yang tengah melilit Kota Bandung dan membuatnya seolah susah untuk bergerak.
 

Ketika para bakal calon wali kota, baik dari perseorangan maupun yang disorongkan partai politik, mulai mendaftar ke Komisi Pemilihan Umum, bukan hanya lobi-lobi politik, kasak- kusuk, dan tawar menawar untuk mencari dukungan 15 persen alias politik dagang sapi, yang dilakukan. Tapi, melampaui dari itu semua, seharusnya formula-formula untuk menyembuhkan Kota Bandung lah yang menjadi tolok ukur dan daya tawar.
 

Kita berharap banyak, calon-calon pemimpin Kota Bandung adalah mereka yang visioner, mereka yang memiliki kreativitas tinggi dalam mengolah potensi Dayeuh Bandung, dan keberanian untuk merombak kejumudan di dunia birokrasi. Tak ada salahnya melihat dan mencontoh apa yang sudah dilakukan pemimpin daerah tetangga. Mudah-mudahan yang terbaik yang akan muncul sebagai pemimpin Kota Bandung. (*)
Sorot, dimuat Harian Pagi Tribun Jabar edisi Selasa, 12 Maret 2013.

No comments: