Wednesday, November 04, 2009

Gerakan Facebooker

DUA tiga tahun lalu, bahkan setahun lalu di Indonesia, tak pernah ada penggalangan opini yang dilakukan di dunia maya. Aksi dukungan terhadap suatu kasus lebih dihabiskan di jalanan lewat unjuk rasa dan penandatanganan petisi. Atau paling seram, cap jempol darah.

Tapi tengok apa yang terjadi hari-hari ini. Penggalangan kekuatan massa tak hanya di jalanan, tapi juga di dunia maya. Cukup menggerakkan jari jemari, klik joint di sudut atas, maka jadilah kita pendukung atas suatu kasus.

Begitulah Facebook, Twitter, atau situs pertemanan lainnya telah menjadi sarana menggalang kekuatan. Opini pun dibentuk sehingga terus menggelinding menjadi bola salju kekuatan kelompok penekan.

Efektivitasnya pun setara dengan aksi jalanan di dunia nyata. Malah lebih efisien karena tak perlu bersusah-payah datang ke gedung wakil rakyat dan berdemo di bawah terik matahari.

Dan fenomena kasus penahanan dua pimpinan Komisi Pemberantasan Korupsi (KKPK) nonaktif, Bibit Samad Riyanto dan Chandra M Hamzah, begitu luar biasa. Tak sedahsyat saat mereka mulai diperiksa Mabes Polri dan kemudian menjadi tersangka.

Dunia maya langsung menggeliat begitu terjadi penahanan atas Bibit-Chandra. Usman Yasin, Facebooker dari Bengkulu, membuat grup "Gerakan 1.000.000 Facebooker Mendukung Chandra Hamzah-Bibit Samad". Hingga kemarin sore, jumlah pendukung atau mereka yang bergabung dalam grup sudah menembus angka setengah juta lebih.

Ditambah lagi sikap para tokoh nasional yang siap pasang badan dan menjadi jaminan penangguhan penahanan Bibit-Chandra, ini yang membuat Presiden SBY tak menganggap remeh dukungan masyarakat terhadap kasus ini.

Memang sulit membayangkan gerakan ini menjadi people power, gerakan rakyat untuk melengserkan penguasa. Namun denyut gerakan mendukung KPK yang berarti mendukung gerakan antikorupsi ini begitu kuat.

SBY pun harus merasa khawatir. Lewat Menko Polhukam, SBY meminta reaksi masyarakat tidak berlebihan dan bisa menjaga stabilitas sosial, politik, dan ekonomi yang saat ini sudah on the right track. Akhirnya, sesuai dengan rekomendasi para tokoh masyarakat, SBY membentuk sebuah tim independen verifikasi kasus Bibit-Chandra.

Sedikit banyak, para facebooker berperan sebagai kelompok penekan. Perlu dicermati juga, pengguna Facebook kebanyakan adalah kelas menengah, mereka yang bekerja di kantoran, mahasiswa, dan kaum intelektual. Di beberapa negara, termasuk di Indonesia, kelas menengah inilah yang menjadi tulang punggung gerakan reformasi.

Para aktivis mahasiswa pun seperti memiliki isu baru untuk berunjuk rasa di jalanan. Maka gelombang demonstrasi mendukung KPK dan menuntut pembebasan Bibit-Chandra pun berlangsung di jalanan sejumlah kota di Indonesia.

Sebenarnya tak banyak yang diharapkan masyarakat dalam kasus ini. Aparat bersikap adil saja, itu sudah lebih dari cukup. Dalam Islam, mereka yang disuap dan menyuap sama-sama masuk neraka. Kalaulah Bibit- Chandra dituduh menerima uang suap dan kemudian ditahan, lha kenapa yang menyuap tidak ditahan pula? Berbuatlah adil, masyarakat pun akan percaya pada hukum dan pemerintah. (*)
Sorot, dimuat di Harian Pagi Tribun Jabar edisi Rabu 4 November 2009.

No comments: