Sebelum mengupas nama Leuwigajah, perlu diketahui sebelumnya, bahwa binatang Gajah sudah lama hidup di tanah Sunda. Gajah purba pernah hidup di Tatar Sunda sekitar 35 ribu tahun yang lalu. Fosilnya ditemukan di Rancamalang, Kabupaten Bandung. Juga ditemukan di Baribis Majalengka, Cibinong Bogor, Cikamurang, dan Tambakan Subang.

Selain tulisan beraksara Pallawa dan bahasa Sanskerta, pada prasasti itu, terdapat lukisan tapak kaki gajah. Tulisan prasasti itu berbunyi "jayavis halasya tarumendrsaya hastinah airavatabhasya vibhatidam padadavayam" (Kedua jejak telapak kaki adalah jejak kaki gajah yang cemerlang seperti Airawata kepunyaan penguasa Tarumanagara yang jaya dan berkuasa). Menurut mitologi Hindu, Airawata adalah nama gajah tunggangan Batara Indra, dewa perang dan penguasa guntur.
Kekuatan binatang gajah ini juga menjadi inspirasi pemberian nama. Misalnya saja, Prabu Gajah Agung, raja Sumedanglarang, keturunan Prabu Tajimalela. Nama lahirnya adalah Atmabrata, namun saat jeneng jadi raja menggantikan kakaknya, Prabu Lembu Agung, ia memakai nama nobat Prabu Gajah Agung. Kini nama Prabu Gajah Agung diabadikan sebagai nama jalan di Sumedang kota.
Selain nama Gajah, untuk menyebut binatang besar itu, masyarakat pun mengenal nama Liman, berasal dari bahasa Sanskerta. Liman pun dipakai sebagai nama orang. Misalnya, Rajaputera Suraliman, adalah raja kedua Kerajaan Kendan di Nagreg. Lalu ada pula nama Liman Sanjaya. Dalam Babad Limbangan, disebutkan, Liman Sanjaya adalah putra dari Prabu Siliwangi hasil perkawinannya dengan Nyi Putri Limbangan, anak Sunan Rumenggong. Ia menjadi Prabu di Kerajaan Dayeuh Luhur atau Dayeuh Manggung.
Nama Liman dijadikan pula sebagai nama tempat, yaitu Palimanan. Malah di Cirebon pun, ada nama Pagajahan. Konon, diberi nama Pagajahan, karena banyak terdapat gajah-gajah pemberian dari negeri asing kepada Cirebon. Nama gajah juga dikenal dalam carita pantun Sunda. Seperti Gajah Lumantung. Gajah Lumantung adalah nama seorang raja di daerah yang disebut Pasir Batang Lembur Tengah.
Nah soal Leuwigajah, memang benar berasal dari cerita gajah yang mandi, lebih tepat, dimandikan di leuwi. Leuwi adalah kosakata bahasa Sunda. Dalam bahasa Indonesia, kira-kira sama artinya dengan Lubuk.
Berdasarkan Babad Batulayang, seperti yang dikutip dalam buku Sejarah Cimahi, dulu Dalem Batulayang, yaitu Dalem Abdul Rohman, ditugaskan membantu VOC di Palembang. Jabatan Dalem Batulayang lalu diserahkan kepada adiknya. Tahun 1770, Abdul Rohman kembali pulang ke Batulayang, sambil membawa oleh-oleh berupa seekor gajah besar.
Karena itu pula, Abdul Rohman dikenal sebagai Dalem Gajah. Selama gajah itu hidup, selalu dimandikan di sebuah Leuwi atau lubuk di daerah Cimahi Selatan. Akhirnya, tempat itu pun dikenal sebagai Leuwigajah.
Dalem Batulayang tinggal di daerah Kabupaten Bandung, tepatnya di Kecamatan
Kutawaringin. Karena gajah dari Palembang itu berkandang di sana, kampung itu pun dikenal pula sebagai Kampung Gajah. Lama-kelamaan, namanya bertambah menjadi Kampung Gajah Mekar dan Kampung Gajah Eretan.
Makam Dalem Abdul Rahman atau Dalem Gajah bisa ditemukan di Kampung Bojong Laja, Kutawaringin. Di Kampung Gajah Eretan, juga terdapat situs makam Eyang Dalem Gajah. Bisa jadi ini petilasannya. Lalu, masih di Kutawaringin, juga ada makam Eyang Gajah Palembang. Apakah makam terakhir ini adalah makam sang gajah? Patut ditelusuri!. (mac)