Friday, January 30, 2009

Tahun Kerja Keras

PERGANTIAN waktu adalah sunnatullah, hukum alam yang tidak bisa berubah. Detak sang kala tidak mungkin dihentikan dan dikembalikan ke masa sebelumnya. Karena perjalanan dunia ini seiring seirama dengan denyut waktu ke depan. Jika pada penanggalan Masehi tahun ini masuk pada tahun 2009 dan pada perhitungan Hijriyah baru tahun 1431, penanggalan Cina jauh lebih tua. Tahun sekarang sudah masuk pada tahun 2560.

Empat belas abad lalu, Muhammad SAW menggambarkan rupa dunia itu seperti seorang nenek yang tua renta. Sekarang 14 abad kemudian, bayangkanlah bagaimana buruk rupa dunia saking sudah tuanya. Punggungnya pasti kian bongkok dan pundak yang sarat dengan beban. Kalau melihat rupa seperti itu, wajar jika dikatakan dunia kian mendekati akhir riwayatnya.


Karena itu perayaan pergantian tahun, baik Muharam, Tahun Baru Masehi, ataupun Imlek atau Tahun Baru Cina 2560 saat ini merupakan ungkapan syukur atas segala karunia yang diberikan kepada penghuni bumi ini.

Dalam perhitungan Cina, tahun 2560 bertepatan dengan shio Kerbau. Dalam perhitungan mereka pula, Kerbau digambarkan sebagai sosok perkasa, sabar, dan pekerja keras.
Kalau melihat situasi terkini, memang tahun ini tahun yang sulit. Ekor krisis global baru akan dirasakan sabetannya tahun ini. Perusahaan-perusahaan pun bakal gulung tikar. Diperkirakan 500 ribu karyawan di Jabar terancam dipecat dari pekerjaannya tahun ini. Daya beli masyarakat tak beranjak membaik. Jangan ditanya pula soal peningkatan kemakmuran dan kesejahteraan yang kerap didengungkan lima tahun sekali, menjelang pesta demokrasi saja.

Kerja keras juga harus diperlihatkan para calon anggota legislatif (caleg) yang akan bertarung pada pemilihan legislatif, April mendatang. Jika pada pemilu sebelumnya, caleg bernomor urut kecil tak perlu keluar keringat untuk bisa terpilih, pemilu kali ini lain. Caleg yang punya suara terbanyak, tak peduli nomor urut berapa, yang akan melenggang ke gedung wakil rakyat.

Tak heran, perang spanduk dan baliho terjadi di mana-mana agar para caleg itu bisa dikenal sekaligus dipilih pemilih. Bertebaran tak karuan membuat estetika kota kian amburadul dan semrawut. Persaingan pun tak lagi dengan caleg partai lain, tapi juga dengan caleg sesama partai. Mereka yang betul-betul kerja keras yang akan menuai hasil, terpilih sebagai wakil rakyat.

Kerja keras sesungguhnya bagian dari etos hidup masyarakat kita. Hanya karena mitos-mitos negeri yang gemah ripah loh jinawi, segala macam bisa tumbuh dengan subur, masyakat terperosok pada mentalitas tak mau bersaing.

Karena itu, tak ada jalan lain untuk mengembalikan semangat bangsa ini, selain harus bekerja keras. Berdoa, bersyukur, bekerja keras, dan yakin bisa. Maka kita pasti akan sukses. (*)
Sorot, dimuat di Harian Pagi Tribun Jabar edisi Selasa 27 Januari 2009.

Tuesday, January 27, 2009

Untuk Anakku: Namira Zenechka Hayatunnufus


DUHAI anakku, tak terasa dua tahun sudah kau hadir di dunia ini. Memberi keceriaan pada hari-hari kami sekeluarga. Kau tumbuh lucu dan menggemaskan. Tak tahan jari ini selalu ingin mencubit pipimu. Gigi geligimu sudah lengkap menghiasi rongga mulut. Hanya cara bicaramu yang belum jelas. Ayah masih mengira kau bicara bahasa planet, karena harus mengerenyitkan dahi dulu untuk mengerti bicaramu.

Kau paling senang berlari ke sana ke mari. Berteriak dan menjerit adalah kesukaanmu. Kau pun sudah pintar meniru apapun yang kau lihat. Karena itu ayah dan ibu selalu mengingatkan kakakmu agar mengajarimu hal-hal yang bagus. Bernyanyi beberapa lagu pun sudah kau kuasai. Favoritmu lagu Kukuk kukuk. Tapi bukan kukuk bunyi ayam jago. Itu bunyi burung hantu. "Matahari terbenam hari mulai malam, terdengar burung hantu suaranya merdu...Kukuk, kukuk, kukuk kukuk kukuk...". Atau lagu burung Kakatua: "Burung Kakaktua menclok di jendela...". Seperti biasa, hanya ujung tiap kata saja yang kau tirukan dan nyanyikan.


Masih teringat jelas dalam ingatan Ayah saat ibumu melahirkanmu. Waktu itu, Sabtu 27 Januari 2007 pukul 18.10, tak lama setelah azan Magrib berkumandang. Masih terngiang jerit tangismu yang pertama begitu keluar dari rahim ibumu. Dokter Lisa, yang menangani proses kelahiranmu, sambil tertawa enteng saja memegang tubuhmu yang masih berlendir, dengan gunting masih menggantung di tali ari-arimu. Sementara ayah terus memotret setiap proses kelahiranmu ini.

Namamu: Namira. Itu untuk mengingatkan bahwa saat kau masih dalam kandungan, Ayahmu ini mendapat rezeki dan izin dari Allah untuk mengunjungi Baitullah di Tanah Haram. Di padang Arafah sana, yang para kiai sebut sebagai miniatur Padang Mahsyar di akhirat kelak, ada sebuah masjid, bernama Namirah. Nama masjid yang berarti mulia dan terhormat itulah yang diabadikan menjadi namamu. Begitu pula nama tengahmu memiliki arti yang sama: mulia.

Maafkan ayah tidak bisa memberi apa-apa di hari peringatan kelahiranmu ini. Maafkan ayah yang tidak memiliki waktu yang cukup untuk menyertaimu, mendampingimu setiap hari. Ingin rasanya bisa terus bermain denganmu setiap saat, tapi ayah punya kewajiban lain: berjihad untuk keluarga. Untukmu juga. Karena ayah adalah imam dan imamlah yang harus berada di depan, membanting tulang untuk memenuhi kebutuhan keluarga.

Hanya doa yang ingin ayah sampaikan: Semoga Allah SWT memberkahimu sehingga setiap helaan napasmu adalah amal dan menjadi manfaat bagi kehidupan. Semoga pula Allah menjadikanmu bidadari dunia dan akhirat.(*)

Saturday, January 24, 2009

Cara Aman Lihat Gerhana Matahari

TANGGAL 26 Januari 2009, sekitar pukul 15.20 WIB, akan terjadi gerhana matahari cincin. Apa sih bedanya dengan gerhana matahari total (GMT)? Jelas beda, kalau GMT itu benar-benar total seluruh permukaan matahari tertutup piringan bulan. Nah kalau gerhana matahari cincin (GMC) itu tidak seluruhnya tertutup, hanya 93-96 persen permukaan matahari saja yang tertutup.
Foto dari galeri Bosscha.itb.ac.id
Kabarnya lintasan paling bagus untuk melihat GMC ini adalah daerah Lampung dan Jakarta. Tapi buat yang tinggal di Bandung dan sekitarnya pun tak masalah. Bisa juga melihat GMC ini pada waktu yang sama dengan orang Jakarta.

Walau tidak sebahaya GMT, untuk melihat GMC pun tidak bisa sembarangan. Orang-orang yang mau melihat gerhana disarankan untuk tidak melihat secara langsung dengan mata telanjang ataupun saat menggunakan alat optik, seperti teleskop. Perlu tips khusus untuk bisa menikmati gerhana ini.

Seperti dikutip dari Kompas, untuk melihat matahari harus menggunakan alat penapis cahaya yang mampu mengurangi intensitas sinar matahari yang kuat agar tidak merusak retina mata. Sinar matahari dapat menimbulkan kebutaan temporer hingga permanen.

Namun, kebutaan yang terjadi tidak seketika setelah melihat matahari, tetapi perlahan-lahan yang ditandai dengan berkurangnya ketajaman pandangan.

Cara paling mudah dan praktis mengamati matahari adalah dengan menggunakan kacamata yang didesain khusus dan dilengkapi filter yang mampu mengurangi intensitas sinar matahari. Kacamata model ini banyak dijual di toko peralatan astronomi maupun di internet.

Namun, penggunaan kacamata ini harus memerhatikan kualitas filter yang digunakan. Filter yang berkualitas rendah membuat pengamatan matahari hanya dapat dilakukan beberapa detik yang harus diselingi jeda untuk mengistirahatkan mata selama beberapa menit. Untuk itu, perlu ditanyakan kepada penjual kacamata gerhana ini kualitas filter dan durasi aman mengamati matahari.

Jangan melihat matahari dengan menggunakan kacamata hitam biasa. Kacamata hitam umumnya didesain hanya untuk mengurangi silau, bukan untuk mengurangi intensitas cahaya matahari yang kuat.

Bagi yang ingin mengamati matahari dengan teleskop atau binokuler, jangan lupa untuk melapisi lensa yang langsung menghadap ke matahari dengan filter matahari. Filter ini juga tersedia di sejumlah toko peralatan astronomi.

Jika tidak, pengguna teleskop atau binokuler dapat mengamati citra gerhana dengan melihat proyeksinya. Cara ini dilakukan dengan mengarahkan lensa obyektif teleskop ke matahari dan mengarahkan bayangan yang muncul dari lensa okulernya pada sebuah kertas. Citra gerhana pada kertas itulah yang diamati, bukan melihat matahari melalui lensa okuler teleskop.

Cara lain yang agak sedikit membutuhkan usaha adalah dengan membuat kamera lubang jarum atau pinhole. Kamera dapat dibuat dengan menggunakan kardus yang diberi lubang yang dilapisi kertas aluminium untuk mengarahkan sinar matahari. Pada bagian yang berseberangan dengan sisi kardus yang dilubangi, tempatkan kertas putih untuk memproyeksikan sinar matahari. Citra pada kertas itu yang dapat diamati.

Setelah peralatan untuk mengamati matahari siap, langkah selanjutnya adalah memilih lokasi pengamatan. Pilih lokasi yang memiliki horizon yang luas. Puncak gedung tinggi, gunung, dan pantai merupakan salah satu pilihan terbaik.

Namun karena gerhana terjadi sore hari, bahkan di beberapa daerah di Indonesia terjadi menjelang senja, harus dipilih lokasi yang memiliki pandangan bebas ke arah barat. Hindari adanya gedung, pohon, atau obyek lain yang menghalangi pandangan ke arah matahari.

Kendala utama saat mengamati matahari adalah cuaca. Saat ini, hampir seluruh wilayah Indonesia sedang memasuki puncak musim hujan hingga Februari nanti. Karena itu, awan tipis, apalagi mendung, menjadi ancaman utama dalam menikmati fenomena alam ini.

So, ayo kita nikmati gerhana matahari kali ini. Infonya, setelah gerhana matahari pada Juli 2009, gerhana matahari total baru akan muncul lagi tujuh tahun kemudian. Jadi daripada kelamaan nunggu, lebih baik Senin besok tidak menyia-nyiakan kesempatan. Selamat berburu gerhana.(*)

Duh, Bath Tube-nya Bocor

DUA bulan kurang, kami sekeluarga menempati rumah baru. Di sana sini memang masih belum beres. Dan sejumlah komplain pun bermunculan. Mulai pemasangan keramik lantai yang tidak pas, sehingga ada yang longgar. Lalu retakan dinding yang mulai terlihat. Belum lagi dengan rembesan air hujan ke tembok yang memudarkan warna cat. Kemudian cipratan air hujan ke balkon, karena tidak ada kanopi. Tapi yang satu ini sudah diselesaikan dengan memesan kanopi ke tukang pagar.

Dan yang paling terbaru adalah kamar mandi di lantai atas, tepatnya bath tube, bocor. Kebocoran ini sebetulnya sudah saya ketahui beberapa minggu yang lalu sewaktu mandi di kamar mandi bawah. Saya perhatikan tembok kamar mandi di sebelah kidul seperti ada aliran air dari atas. Waktu itu belum terlihat warna apapun, hanya putih air. Lama kelamaan, aliran air itu berubah menjadi kuning kecokelatan. Dan mulai menyebar ke dinding sebelah timur.

Saya sudah bicara soal ini dengan Bu Eri. Kita sepakat akan memperbaiki kebocoran itu akhir bulan Januari atau awal Februari, menunggu uang gajian. Tapi rupanya situasi berubah secara cepat. Bapak baru tahu soal kamar mandi bocor itu dan langsung mengambil keputusan sendiri, seperti biasa. Akhirnya tanpa persetujuan kita-kita, Bapak mengundang tukang, Mang Jojo untuk memperbaiki kebocoran itu, minggu lalu.

Saya sendiri kurang setuju kalau Mang Jojo yang memperbaiki, karena bukan spesialisasinya. Kalau hanya membongkar dan memasang gipsum dan plafon memang itu bidangnya. Tapi kalau harus membongkar kamar mandi atas untuk mengetahui sumber tetesan air, jelas bukan ahlinya.

Karena kami ini keluarga besar yang rumahnya berdekatan, hingga segala kejadian kecil pasti akan diketahui anggota keluarga lainnya. Supaya tidak bentrok dengan Bapak, akhirnya Mas Rohman pun dimintai pendapat soal bongkar membongkar kamar mandi itu. Setelah didapat kata sepakat, disetujui bahwa Mang Jojo hanya akan mengerjakan pembongkaran plafon kamar mandi bawah dan membongkar keramik lantai serta bath tube untuk mengetahui sumber rembesan air.

Setelah dibongkar semua, baru tukang bangunan yang biasa menembok dan berurusan dengan kamar mandi yang menangani. Jadi untuk pekerjaan ini, kami memanggil dua tukang sekaligus.

Rembesan air di plafon kamar mandi bawah yang bersumber dari kamar mandi di lantai atas memang terkumpul di sekitar paralon pembuangan. Tapi setelah ditelusuri, diketahui ternyata air itu bersumber dari pipa bath tube yang tidak klop dan airnya mengalir ke mana-mana, mencari pori-pori betonan dan ketemunya di dekat paralon pembuangan. Rupanya tukang yang memasang bath tube sebelumnya ceroboh luar biasa. Tak memeriksa lagi pemasangan pipa dan langsung menembok dan memasang keramik.

Karena sudah tanggung dibongkar dan agar saya sekeluarga bisa mandi di kamar mandi atas, mau tak mau pembongkaran harus diselesaikan. Mau tak mau saya harus memakai uang yang ada, yaitu uang simpanan untuk sekolah Kaka Bila. Mudah-mudahan, nanti ada rezeki yang lain untuk menambah uang masuk sekolah Kaka.

Memang segala sesuatu itu harus diserahkan kepada ahlinya. Beruntung ada Mang Joni, tukang bangunan yang pekerjaannya rapi. Dalam waktu tiga hari, semua persoalan di kamar mandi, termasuk menaikkan bath tube agar aliran air lancar, memasang pipa, memasang kembali keramik, dan membetulkan posisi kloset jongkok, bisa dibereskan Mang Joni.

Setelah dicek ulang beberapa kali, tidak ada lagi rembesan air yang menetes ke kamar mandi bawah. Alhamdulillah, sekarang bisa mandi lagi di atas, tak perlu turun naik lagi. Bisa mandi air hangat lagi tanpa perlu memasak air. Tinggal pijit kenop, putar dikit, segar dan hangat. Tinggal memperbaiki gipsum kamar mandi bawah yang masih dibiarkan bolong, karena Mang Jojo ada pekerjaan di rumah orang lain. Mungkin Minggu besok semua selesai.(*)

My Home Metamorphosis (10): Colourfull

TERNYATA tidak mudah mengecat rumah. Bukan masalah mengecatnya, tapi menentukan warna. Setiap orang memiliki selera dan keinginan yang berbeda. Tak heran, untuk menentukan warna rumah, kami pun butuh waktu agak lama. Kami sampai membeli buku-buku tips tentang rumah dan warna. Entah itu tentang warna monokromatik, warna dasar, warna campuran, dan sebagainya.


Akhirnya setelah diskusi panjang lebar, saya dan Bu Eri sepakat untuk memberi warna abu asap pada dinding tembok di lantai 2. Proses mendapatkan warna itu juga tidak mudah. Setelah melihat ke tukang cat, baru terlihat ada warna abu asap. Untuk kamar Kaka, sudah dipastikan sejak awal, warnanya adalah pink gradasi ungu. Sementara kamar utama, dicat sesuai dengan keinginan Bu Eri, oranye. Lalu untuk ruang tamu, saya memberi ide untuk melabur dengan warna hijau tosca. Warna ini terilhami dari warna vacum cleaner, hadiah dari Mitra 10. Untuk ruangan lain di lantai bawah, tetap menggunakan warna abu asap hanya dicampur dengan warna putih dengan perbandingan 2:1.

Sementara warna eksterior, diputuskan warna oranye supaya lebih ngejreng dan eyecatching. Ada pulasan warna hitam di depan, yaitu di arsiran batu alam (sebenarnya bukan batu alam, tapi semen yang diarsir bergaris horizontal dan vertikal), sehingga tampilan muka lebih kontras.


Karena bujet tak cukup, saya membeli cat di toko cat kiloan di daerah Utama, Cimahi Selatan. Soal harga memang jauh lebih murah. Jika 1 pile cat Sanlex biasa bisa seharga Rp 245 ribu, di toko cat kiloan cukup Rp 80 ribu atau Rp 100 ribu plus pengawet.

Memang hasilnya untung-untungan. Kalau yang bagus, ya warnanya tidak pudar. Tapi yang jelek, dalam beberapa minggu pasti pudar. Dan itu terjadi. Warna kamar tidur utama di lantai atas mulai memudar, dari warna oranye menjadi oranye muda dan kuning. Dinding tembok jadi penuh bercak warna-warni. Warna lainnya di ruangan yang lain masih bertahan. Mulai terlihat tanda-tanda memudar. Mudah-mudahan saja begitu.

Masih ada beberapa bagian dari rumah yang belum selesai. Dua pilar di balkon atas dan bawah belum dipasangi batu alam. Lalu koridor penyambung dengan rumah lama juga belum diberi paving block. Tak apa, toh ini proyek tiga tahun. Ini kan baru 7 bulan.(*)

Wednesday, January 21, 2009

Sihir Obama dan Perubahan Indonesia

TONGKAT sihir itu bernama Barack Husein Obama. Begitu tongkat digerakkan sambil mengucap mantera sakti: Sim salabim abrakadabra, semua mata di seluruh penjuru dunia langsung tersihir. Semua mata memandang hanya pada satu titik. Obama.

Rela begadang menonton televisi --yang juga ramai-ramai menyiarkan secara langsung plus beragam tanggapan dari pengamat--hingga lewat tengah malam hanya untuk melihat secara langsung Obama dilantik dan menyampaikan pidato bersejarahnya. Bahkan seorang wali kota Cimahi, saat melantik pejabat eselon dua dan tiga, sampai harus mengingatkan jajarannya agar tidak lupa menonton teve. "Jangan lupa yah nanti malam menonton teve, Pak Obama dilantik," kata sang wali kota, Selasa siang.

Menonton bareng di hotel pun digelar, persis seperti menonton final Champion. Tak lupa jejeran pengamat, mulai pengamat AS, pengamat Timteng, wartawan, dkk, diundang untuk memeriahkan pelantikan Obama yang nun di seberang sana.

Besoknya, koran-koran nyaris serupa tak tak sama. Hampir semua memasang foto Obama sedang dilantik. Mustahil ada koran yang tidak memberitakan Obama hari ini. Semua sudah tersedot, tak berdaya menahan arus besar.

Obara, Presiden AS ke-44 adalah sejarah. 200 tahun lebih negeri adidaya itu berdiri, baru kali ini mayoritas warga memilih presiden berkulit hitam. Butuh ribuan nyawa budak, butuh perang saudara, butuh pengorbanan seorang Martin Luther King, dan butuh ribuan pengakuan lainnya untuk meyakinkan bahwa warga kulit hitam bukanlah warga kelas dua. "Ini Amerika baru, Amerika yang memberi harapan pada dunia," begitu seru Obama saat berpidato dan langsung disambut tepuk tangan dan teriakan dukungan dari hampir 3 juta orang yang memadati Capitol Hill.

Itulah sihir bernama Obama. Begitu memukau. Setiap kata yang terucap begitu diamati. Memang tak ada cacat dalam gayanya berorasi atau pidato. Runtut, tanpa cela dan betul-betul mencerminkan seorang orator. Dia tahu kapan harus menaikkan intonasi, kapan harus turun. Sampai-sampai ada warga AS sana yang menangis melihat Obama berpidato. Mereka rela menunggu di dingin yang mencelekit tulang. Hanya untuk seorang Obama. Tak heran, seorang pengamat bilang, setiap penampilan Obama adalah show, pertunjukan.

Lalu apa makna euforia warga Indonesia menyambut pelantikan Obama itu? Adakah gelombang perubahan yang dihembuskan Obama akan mampir juga ke Indonesia? Sesungguhnya, kita tidak boleh berharap terlalu tinggi pada Obama. Bagaimanapun Obama milik Amerika, yang memiliki garis kebijakan yang jelas. Mungkin dia akan melakukan sejumlah perubahan di AS, tapi apakah itu akan berimbas secara signifikan terhadap dunia, terhadap Indonesia? Belum tentu.

Kita boleh berharap ketika Obama menyebutkan kata moeslem dalam pidatonya. Juga ketika ia berjanji memberi perdamaian di Afganistan dan menarik pasukan AS dari Irak. Tapi juga jangan berharap, karena ia sama sekali tidak menyinggung isu terkini tentang Gaza, tentang Palestina. Padahal sejumlah kalangan ingin tahu seperti apa omongan Obama terkait korban perang, sikap Israel, dkk.

Jangan pula terlalu jauh mengharapkan Obama akan mengubah Indonesia menjadi lebih baik. Dari sisi diplomasi hubungan dua negara, mungkin iya akan terjadi peningkatan. Ini terkait dengan faktor historis Obama di Indonesia. Tapi itu tak akan cukup untuk memutuskan jaringan pelobi di sekeliling Obama, memutus kata sepakat Senat, Kongres, dll. Indonesia tentu hanya masuk dalam lingkar diplomasi ke berapa, bukan priority.

Apakah Indonesia akan berubah setelah Obama dilantik? Seharusnya iya. Dalam artian, semangat perubahan Obama itu harus menginspirasi kalangan muda untuk juga membuat perubahan. Dan perubahan itu menemukan momentumnya beberapa bulan yang akan datang. Obama punya slogan Yes We Can, yang herannya saat pidato pelantikan tidak dikumandangkan, maka kita orang-orang muda pun Yes We Can, bisa berbuat banyak untuk perubahan Indonesia.

Hanya tentu semangat saja tidak akan cukup untuk mengubah Indonesia. Saya berpikir praktis saja. Di level politik atas, jelas kalangan muda kalah start. Tak akan cukup tenaga untuk menggantikan kepempimpinan orang-orang tua kita yang akan kembali bertarung memperebutkan kursi nomor satu di negeri ini.

Mungkin memang sekarang bukan saatnya orang muda "bermain". Mesti diingat, orang muda punya stamina dan napas panjang. Jadi yang harus dilakukan adalah memberdayakan diri, orang-orang terdekat, lingkungan terdekat, untuk kemaslahatan orang banyak. Jika ini dilakukan secara massal, frekwensi gelombang perubahan itu masing-masing akan bertemu di satu titik, satu ruang dan satu waktu. Ketika itulah, ketika gelombang perubahan itu sudah membesar, orang-orang mudalah yang akan mengendalikan ritme perubahan negeri ini.

Kekuasaan bukanlah tujuan dari perubahan itu. Kesejahteraan, kemaslahatan ummat, itu yang harus dituju. Tanpa memikirkan kekuasaan, jika gelombang perubahan itu betul-betul datang dari bawah, negeri ini pun bisa berubah. Mengadopsi semangat perubahan Obama bukanlah hal yang buruk. Setidaknya kita bisa pun acuan, panutan, agar perubahan itu mewujud.(*)

Saturday, January 17, 2009

Sejuta Kabut

CUACA Babakan Sari, Cimahi, Bandung, bahkan mungkin kota-kota lainnya belakangan hari ini seolah tak bersahabat. Hujan selalu turun di malam hari, bahkan hingga pagi. Dan pagi-pagi kabut akan menutupi pemandangan. Matahari baru bisa dirasakan hangatnya selepas pukul 10.00. Udara dinginnya pun mencucuk sumsum. Semakin meninabobokan para pekerja malam yang baru pulang ke rumah selepas dini hari, enggan melepas selimut tebalnya. Brrrrrr...., dingin pokoknya.


Setiap bangun pagi, saya selalu melihat ke arah jendela kamar. Kaca jendela selalu berembun, pekat. Di luar, kabut pun begitu tebal. Saya senang melihat kabut masih ada di sekitar rumah. Itu menandakan lingkungan di rumah masih lumayan nyaman. Jika kabut sudah enggan hinggap di sekitar kita, patut dipertanyakan: Sudah rusakkah lingkungan sekitar?

Setiap melihat kabut pula, saya selalu teringat dengan nyanyian alam Abah Iwan Abdulrahman: Sejuta Kabut. Saya teringat dengan kabut-kabut yang melingkupi Lembah Nyalindung di Burangrang, utara sana. Sampai-sampai salah satu angkatan di CPA Jayawijaya pun mengambil nama Kabut Alam untuk mengabadikan kabut di Burangrang itu.
Coba simak gubahan Abah Iwan tentang Kabut ini:

Sejuta kabut turun perlahan
Merayap di jemari jalanan
Meratap, melolong lalu menjauh
Menggoreskan kesan suram padaku

Sejuta kabut turun semalam
Mengetuk-ngetuk jendela kamarku
Meratap, melolong lalu menjauh
Menggaungkan kesan ngeri di hati

Lalu kusibak tirai hatiku
Kubuka lebar-lebar pintu jiwaku
Kuterjuni kabut yang di kakiku
Berbekal matahari
yang bernyala
yang membara

Ada kegelisahan, ada kesedihan, bahkan ketakutan yang diisyaratkan lirik lagu itu. Tapi lirik itu juga menyemburkan aura semangat. Walau kabut tebal menghadang, tak akan menjadi penghalang langkah hidup ini. Karena matahari akan selalu bernyala. Terbit dari ufuk timur menyemburatkan kehangatan, menyiratkan keberanian, untuk menempuh hari ini, esok, dan yang akan datang.

Beberapa hari lalu, lagu Sejuta kabut ini saya putar di komputer. Seandainya saja saya mendengarkannya bukan di kantor, tapi di tengah keheningan, di tengah kelebatan rimba, di tengah kesunyian lembah-lembah, pasti makna lagu itu akan kian merasuk, meresap begitu mudah. Kadang-kadang, bahkan mungkin seringkali, kita harus menjadi seorang penempuh jalan sunyi untuk mengerti apa makna dan hikmah langkah kita di belakang. Jalan yang sering ditempuh para nabi, aulia, dan orang-orang suci untuk menjernihkan pikiran dan jiwa dari hiruk pikuk dunia.(*)

Thursday, January 15, 2009

Serba Kapital

INI zaman serba kapital, Bung. Serba materi. Semua dinilai dari uang. Tak ada uang, tak ada harga. Tak ada uang, tak ada pelayanan. Persis seperti ungkapan dalam bahasa Melayu: Ada uang abang disayang, tak ada uang abang ditendang.
Ironis memang. Di tengah semangat pemerintah untuk menggratiskan pendidikan, saat ini baru pendidikan dasar dan menengah, justru biaya pendidikan tinggi semakin melangit.

Status Badan Hukum Milik Nasional (BHMN) yang disandang perguruan tinggi negeri kian menguatkan bahwa kapital lah yang berkuasa. Jangan bermimpi anak pinggiran berprestasi yang memiliki orang tua berpenghasilan pas-pasan bisa masuk ke fakultas-fakultas favorit, seperti kedokteran.

Tengok di Universitas Padjadjaran Bandung. Lewat jalur normal saja, yaitu Seleksi Nasional Masuk Perguruan Tinggi Negeri (SNMPTN), sudah sulit masuk ke fakultas favorit itu. Karena pesaingnya luar biasa. Satu kursi bisa diperebutkan oleh seribu orang, bahkan lebih dari itu.

Tapi lewat jalur seleksi mandiri, persaingannya tak seketat itu. Siapa yang punya uang berlebih, sangat mungkin bisa kuliah di fakultas kedokteran. Siapkan saja uang sebesar Rp 175 juta, berikut biaya tambahan lain, sudah bisa menjadi mahasiswa kedokteran.

Tak hanya kedokteran, jurusan lainnya pun mematok sejumlah uang sebagai syarat utama. Fakultas kedokteran gigi mematok dana pengembangan Rp 60 juta. Jurusan yang bukan favorit pun, seperti Biologi memasang tarif Rp 10 juta.

Jumlah mahasiswa yang diterima dari jalur seleksi mandiri dan seleksi nasional nyaris sebanding. Sangat mungkin di tahun-tahun mendatang, jumlahnya akan semakin timpang. Mahasiswa berduit akan semakin banyak jumlahnya, sementara mahasiswa dari jalur seleksi nasional semakin menyusut.

Tak hanya Unpad, universitas dan institut negeri lainnya pun melakukan hal yang sama. Karena ini era kapitalisasi dunia pendidikan. Tujuannya agar institusi pendidikan ini bisa bersaing secara global dengan institusi serupa di luar negeri.
Untuk menjadi universitas global, universitas dunia, tentu butuh dana. Itu yang menjadi argumentasi utama. Dan sumber dana itu tidak bisa menyandarkan pada pemerintah. Walhasil, dari kantung-kantung mahasiswa berduitlah dana itu diperoleh.

Apakah besarnya kapital akan berbanding lurus dengan kualitas? Belum tentu dan tidak ada jaminan. Ini sebetulnya yang harus dipahami pula oleh pengelola pendidikan tinggi. Bahwa ada hak bagi anak-anak tak mampu untuk bisa menikmati bersekolah di sekolah unggulan. Itu kalau kita mengidentikkan sekolah berbiaya mahal sebagai sekolah unggulan. Selamat datang di dunia kapital.(*)
Sorot, dimuat di Harian Pagi Tribun Jabar edisi Kamis 15 Januari 2009.

Thursday, January 08, 2009

8 Tahun = 2.650 Hari

DELAPAN tahun itu berarti sama dengan 2.650 hari. Bisa kurang bisa lebih, karena satu tahun kadang ada yang lebih dari 365 hari. Itulah hari-hari yang akan dilalui oleh Al Amin Nasution, mantan anggota DPR RI, di dalam penjara. Al Amin terbukti bersalah menerima suap dalam kasus alih fungsi hutan lindung menjadi ibuk kota Bintan dan pelabuhan Tanjung Siapi-api. Vonis itu setengah lebih dari tuntutan jaksa, 15 tahun penjara. Tapi dengan vonis itu pun Al Amin masih menggunakan haknya untuk naik banding, tentu dengan harapan hukuman berkurang, bahkan bisa bebas.

Apakah dengan vonis ini akan membuat jera koruptor-koruptor yang lain? Sulit dijawab, karena korupsi seperti penyakit kronis yang tak bisa disembuhkan. Tapi tentu setidaknya vonis bertahun-tahun ini bisa membuat orang berpikir. Bahwa awal akhir, orang yang korupsi dan menerima suap pasti akan tercium kebusukannya.

Karena itu jika ada pihak yang meragukan kinerja komisi pemberantasan korupsi (KPK), harus diragukan apakah ia bersih atau tidak dari korupsi. Sekarang inilah sesungguhnya waktu yang tepat untuk mendorong bangsa ini keluar dari penyakit super kronis menahun, korupsi kolusi nepotisme (KKN). Penyakit yang selama 32 tahun tidak dianggap sebagai penyakit dan hal yang hina, tapi sebuah gengsi dan kebanggaan. Bangga punya kerabat jadi pejabat dan kaya raya, walau hasil merampas keringat dan mengoyak harga diri orang lain.

Ketika KPK gencar menggelandang para koruptor ke tahanan, jangan dianggap sebagai tebang pilih, hanya karena tidak semua koruptor ditangkap. Benar belaka bahwa KPK pun diisi oleh manusia-manusia yang rentan kesalahan. Dia bukanlah lembaga super body yang kebal hukum. Tapi hanya lembaga inilah yang betul-betul fokus dengan urusan korupsi tanpa pandang bulu. Jadi kalau sekiranya KPK meminta tambahan anggaran untuk membuat gedung yang memiliki ruang tahanan sendiri, sudah selayaknya
dikabulkan. Toh, itu semua demi kebaikan bangsa ini.

Dan tentu saja jangan hanya slogan antikorupsi yang dikumandangkan. Antikorupsi harus diejawantahkan dalam kehidupan sehari-hari. Hidup sederhana jauh dari foya-foya, lebih banyak memperhatikan rakyat ketimbang kebutuhan sendiri, itu yang harus dilakukan para pejabat kita. Jika kita perhatikan di harian ini, setiap hari pejabat Kota Bandung menyuarakan slogan antikorupsi. itu hanya langkah awal saja. Karena dalam perjalanannya, mereka pun harus membuktikan diri mereka benar-benar bersih dari KKN. Ingat, bersih dari KKN. Tak hanya korupsi, tapi juga kolusi dan nepotisme.

Karena itu, jangan pernah mencoba untuk korupsi. Nikmatnya hanya sekali, sengsaranya seumur hidup, bahkan terbawa mati. Muda berlimpah harta dan berkuasa, tua hidup di penjara. Mau? (*)
Sorot, dimuat di Harian Pagi Tribun Jabar edisi Selasa 6 Januari 2009.