"KITA harus waspada. Ada anak pindahan dari Jurusan
Sejarah Unpad Bandung tingkat II. Dia itu keterima dan masuk Jurusan
Arkeologi. Tuh anak modelnya rada sangar, badannya gempal, sikap mudah
bergaul dan berani. Namanya Norman Edwin. Dia mengaku senang mendaki
gunung dan mau berkenalan dengan anak-anak Mapala UI". (Bambang
Widianto, panitia seksi keputraan Mapram FSUI, dalam Norman Edwin,
Catatan Sahabat Sang Alam, 2010),
Ternyata Bang Norman ini pernah berguru di
almamater saya, meski cuma sampai tingkat II. Sepertinya masuk ke
Jurusan Sejarah tahun 1975, karena masuk Arkeo UI tahun 1976. Mungkin
waktu itu, di-PS2-nya oleh Kang Bachtiar Sebayang dan Kang Benjamin
'Beben' Batubara (almarhum).
Saya mengenal nama Norman Edwin sejak SD tahun 1980-an. Suka baca
tulisan-tulisan pendaki kahot ini di majalah Mutiara. Tetapi yang
paling saya ingat adalah ketika muncul fotonya di Kompas. Ketika itu
Bang Norman tengah menggendong Melati, anak semata wayangnya, mendaki
Gunung Gede. Mungkin ketika itu Melati umur 5 tahunan. Pose mereka
tengah menengadah saat merambat di tanjakan Gunung Gede, melihat juru
potret yang mengincar dari ketinggian.
Pose Bang Norman yang
tengah menggendong anaknya itu pula yang sempat ingin saya tiru. Ketika
lahir anak pertama, saya sibuk mencari ransel atau carrier buat
menggendong bayi atau balita. Tapi tak beruntung. Mengubek Eiger, Alpina
dan teman-temannya, ketika itu saya tidak menemukan alat dimaksud. Tak
jadilah saya menggendong anak ke puncak Gunung Burangrang.
Ketika kematian menjemput Bang Norman bersama Bang Didiek Samsu di dekat
puncak Aconcagua, saya mengikuti setiap berita yang dkabarkan televisi
maupun koran. Sayang waktu itu, belum terpikir untuk mengkliping koran.
Lagian, belum bisa beli koran sendiri. Menggunting-gunting koran punya
tetangga mah alamat perang.
Kalau saat ini masih ada, walau
bukan alumni Sastra Unpad hanya pernah kuliah di Jurusan Sejarah, Bang
Norman tetap layak untuk diundang menghadiri Reuni Akbar Sastra Unpad,
Februari 2016 nanti. Toh yang diundang ikut Reuni bukan cuma alumni,
tapi yang pernah kuliah di Sastra juga turut dipanggil pulang ke Kampus
Biru. Kebayang tuh, Bang Norman sudah 60 tahun, tapi masih saja gagah.
Badannya tetap gempal. Rambutnya pasti tetap gondrong. Si Beruang Gunung
itu pasti bakal memompa semangat anak-anak muda, menginspirasi mereka,
supaya lekat dengan alam. Pastilah itu!. (*)
No comments:
Post a Comment