MINGGU kemarin, ayah saya berkunjung ke rumah. Seperti
biasa, mampir sebentar setelah jalan sehat di Brigif. Selalu jalan kaki
dari Cigugur menuju arah mana pun. Dalam setiap obrolan kami, tentu saja
cerita-cerita tentang Tjimahi masa silam selalu diperbincangkan.
Bapak saya bukan orang asli Tjimahi. Ia datang dari Tasikmalaya pada
tahun 1955-an, untuk menjadi santri di Pesantren Hegarmanah dan madrasah
ustad Ingin di Sentral Cibabat. Usianya kini sudah 71 tahun.
Itu berdasarkan KTP. Padahal ia masih ingat waktu Jepang datang ke
Tasikmalaya. Itu berarti, bapak saya lahir sebelum 1942 dan usianya
sangat mungkin lebih dari usia di KTP.
Obrolan kemarin mengupas soal
kondisi Tjibabat, khususnya Sukajaya. Bapak saya bercerita, bahwa rumah
besar dan tua di belakang Yogya Dept Store Cibabat yang ditinggali
Tante Mumu itu dulunya ditinggali Tuan Wouters, seorang pengusaha
peternakan.
Sukajaya kata bapak saya, dulunya hamparan kebun rumput
untuk memasok pakan ternak sapi dan babi milik Tuan Wouters. Sementara
di sebelah utaranya, tepat di belakang RS Cibabat adalah kebun jeruk.
Sayangnya tidak ada keturunan tuan Wouters yang tinggal di Cimahi
setelah tahun 60-an. Semua meninggalkan Indonesia, kembali ke tanah
leluhur mereka, Belanda. Tante Mumu mendapatkan rumah peninggalan Tuan
Wouters itu dari proses jual beli.
Penasaran dengan nama Wouters,
saya mencari-cari di buku telepon jaman Belanda. Voila! Eh Eureka.
Ternyata ada nama JH Wouters beralamat di Tjibabat. Dan persis, dia
seorang pengusaha peternakan susu dan juga budidaya bunga.
Di buku
telepon itu juga tertulis nama pengusaha peternakan sapi lainnya di
Cimahi, yaitu J Timmermans Veldizcht. Tapi tidak tahu, lokasi
peternakannya di sebelah mana. Dan tentu saja tercatat nama pengusaha
besar peternakan sapi di Lembang, PA Ursone, pemasok susu ke BMC dan
seantero Bandung. (*)
No comments:
Post a Comment