Saturday, May 18, 2013

Burung Jalak di Taman-taman Changi Village

SISI LAIN SINGAPURA (1)

Oleh MACHMUD MUBAROK

CHANGI adalah sebuah kawasan di pinggiran ujung timur Pulau Singapura. Di sinilah terdapat Bandara Internasional Changi, salah satu bandara terbaik di dunia. Di kawasan bandara ini pula pangkalan sejumlah maskapai penerbangan, seperti Singapore Airline, Silk Air, dan Tiger Airways.

Republic Singapore of Air Force atau Angkatan Udara Singapura juga menempatkan satu skuadron kekuatan udaranya di Changi, yaitu Changi Air Base. Sekitar 20 pesawat F-16D bersiaga di Air Base kawasan timur ini.

Secara administratif, Changi termasuk ke dalam East Region. Selain Changi, wilayah lain yang termasuk East Region adalah Bedok, Changi Bay, Paya Lebar, Pasir Ris, dan Tampines.  Dalam catatan sejarah, awal abad 17, daerah Changi bernama Tanjung Rusa. Dua abad kemudian, nama itu berganti menjadi Tanjung Changi. Nama Changi berasal dari nama tanaman yang banyak ditemukan di daerah itu.

Awal pekan ini, saya berkesempatan menikmati suasana Changi Village, bagian lain dari Changi. Jaraknya sekitar 10 menit perjalanan memakai shuttle bus dari Bandara Changi. Saya dan rombongan jurnalis dari tanah air terbang dari Jakarta memakai pesawat Airbus A320 milik Tiger Airways, sebuah penerbangan murah Singapura.

Sebagai kawasan di pinggiran, tentu suasana Changi Village berbeda jauh dengan jantung kota Singapura. Jangan bayangkan di sini ada mal-mal besar dan pertokoan super padat pengunjung. Changi Village lebih cocok untuk orang yang menyepi dari keramaian.


Bayangkan saja, jalanan relatif sepi dari kendaraan. Yang lebih banyak lalu lalang adalah taksi dan bus yang melayani trayek ke Bandara Changi. Di kiri kanan jalan, pohon-pohon angsana besar dan palem menjadi peneduh daerah di tepi pantai ini. Karena jaraknya tidak terlalu jauh dari bandara, para pilot, pramugari, dan karyawan maskapai penerbangan banyak yang bermalam sementara di Changi Village.

Teduh dan hijau, itu kesan yang muncul melihat seputaran Changi Village ini. Taman-taman yang luas dengan fasilitas umum yang baik pun bertebaran di seputaran kawasan kota tua ini. Apabila kita mengunjungi taman-taman ini di pagi hari, oksigen segar langsung menggerojok paru-paru. Padahal taman-taman ini ada di bibir pantai yang tentu saja berhawa panas.

Yang membuat saya kagum adalah kehadiran kawanan burung jalak, beo, dan tekukur di taman-taman dan pohon-pohon di tepi jalan Changi Village. Kalau burung merpati mungkin sudah biasa jadi pemandangan di sejumlah kota. Tapi ini, burung jalak. Bayangkan, burung jalak! Mereka asyik saja mencari makan di trotoar, teras taman, bahkan halaman pertokoan, tanpa merasa terganggu oleh kehadiran manusia. Yang terbayang dalam pikiran saya, jika kondisi seperti ini ada di Indonesia. Rasanya, burung-burung jalak itu tak akan berumur lama. Pasti sudah diburu dan ditangkapi untuk dijual.

Burung beo atau betet kecil pun terbang sesuka mereka, bercengkerama, lalu menclok dari satu pohon ke pohon lain. Herannya, tak ada kotoran burung bertebaran di trotoar atau tempat-tempat umum. Sepertinya burung-burung ini pun mengerti dengan disiplin kebersihan yang luar biasa ketat di Singapura. Yang pasti, petugas kebersihan dan warga Singapura lah yang bekerja keras menjaga tempat-tempat publik ini tetap bersih dengan selalu membuang sampah ke tempatnya.

Berkeliling taman-taman di Changi Village memang menyenangkan. Jalur-jalur pedestrian di bangun mengelilingi taman. Salah satunya adalah taman di belakang Ubin First Stop, terminal bus. Di taman ini ada fasilitas bermain untuk anak-anak berupa lorong seluncuran. Bangku-bangku taman terbuat dari tembok, sehingga tidak mudah rusak.

Taman ini berdekatan dengan tempat pelelangan ikan di Lor Bekukong. Ikan-ikan hasil tangkapan nelayan langsung diantar ke tempat ini. Walau namanya tempat pelelangan ikan, tapi bersihnya luar biasa. Kanal yang memisahkan taman Ubin First Stop dengan taman serupa di Changi Coast Track sangat bersih. Tak ada sampah di pinggir dan tengah kanal.

Taman di Ubin First Stop dengan taman Changi Coast Track dihubungkan jembatan lengkung berwarna putih. Changi Coast Track banyak dikunjungi pesepeda. Biasanya para goweser itu datang dari tengah kota, sengaja mengayuh sepeda ke ujung timur Singapura ini. Tapi jangan heran jika melihat pesepeda ini begitu tertib menuntun sepeda ketika melewati jembatan lengkung. Rupanya ada peraturan yang terpampang jelas di dekat jembatan. Siapa yang melewati jembatan sambil naik sepeda didenda 1.000 dolar Singapura. Wow!

Terhalang jalan kecil dengan hotel tempat saya menginap, Changi Village Hotel, terdapat kawasan kuliner Changi Village Hawker Center. Di sini, beragam makanan dan minum, baik tradisional maupun modern, ada. Bagi kami, jurnalis dari Indonesia, tak perlu cari menu yang sulit. Cukup nasi lemak dan segelas teh tarik atau jahe, menjadi teman saat nongkrong di malam hari.

Ada beberapa tempat wisata di seputaran Changi Village, di antaranya Changi Museum, Changi Beach Park, penjara Changi, Kapel Changi, dan Pulau Ubin yang berada di seberang Changi Village. Museum Changi memamerkan berbagai peralatan ataupun momen yang terekam dalam foto saat Changi berada dalam genggaman Jepang pada Perang Dunia II.

Sayangnya, karena waktu yang sempit, saya tidak sempat mengunjungi tempat-tempat wisata itu. Selain terhalang hujan yang mengguyur kawasan Changi, jadwal perjalanan yang sudah diatur juga membuat saya tidak bisa bergerak leluasa. (*)
NB: Itu foto temen saya, Heru Setiyaka dari Radar Jogja.

No comments: