Wednesday, November 04, 2009

Menanggung Amanah

PENGUMUMAN Kabinet Indonesia Bersatu jilid 2 adalah selebrasi. Pesta kemenangan para pemuja kekuasaan. Inilah puncak dari proses demokrasi yang tengah berlangsung saat ini: bagi- bagi kursi.

Tengok bagaimana persiapan mereka saat menunggu pengumuman. Ada yang menonton bersama keluarga, ada juga yang menonton bareng sambil dikelilingi para pendukung. Mungkin supaya merayakan secara bersama-sama pula.

Beragam ekspresi para menteri terpilih begitu namanya disebut oleh Presiden SBY. Kebanyakan, semringah. Penuh tawa dan senyum gembira. Ada juga yang membatin sambil mengucap innalillahi wainna ilaihi rajiun. Tapi tetap, wajahnya tersenyum penuh kemenangan.

Kegembiraan itu bisa berbalik menjadi kesedihan yang pilu manakala mereka yang berada di puncak kegembiraan itu sempat membaca salah satu sabda Nabi: Kelak di Hari Kiamat, jabatan- jabatan itu akan menjadi suatu penyesalan.

Setiap diri adalah pemimpin. Menanggung untuk diri sendiri saja beratnya bukan alang kepalang. Apalah kata jika yang dipimpinnya jutaan orang. Leher ini ibarat diganduli besi yang berat luar biasa sehingga mendongak pun tak bisa.

Jabatan adalah amanah. Inilah yang kini diemban para pemimpin terpilih kita. Di pundak mereka, ada tanggung jawab berat. Apalagi dengan seribu janji yang sudah kadung diucapkan, tentu sangat berat untuk mewujudkan janji itu.

Kesejahteraan dan keadilan, begitu bunyi janji itu. Kata yang sudah lama mengendap di dalam pikiran rakyat Indonesia. Kata yang begitu dekat di hati, namun kenyataannya jauh dari harapan. Setiap kali ganti pemerintahan, misi meningkatkan kesejahteraan selalu didengung-dengungkan. Tapi memang hanya dengungnya saja yang terdengar, bentuk kesejahteraan itu sendiri tak pernah datang.

Mudah-mudahan, mereka, para pemangku kursi kekuasaan itu, betul-betul kompeten, bukan karbitan. Kompeten untuk memajukan bidang kekuasaannya. Mudah-mudahan, mereka betul- betul menguasai apa yang harus digarapnya. Mudah-mudahan, mereka bisa memegang amanah itu. Karena jika disia-siakan, kita tinggal menunggu kiamat datang.
Dan yang paling penting, mereka betul-betul mau mempertanggungjawabkan apa yang diembannya dan siap melengserkan diri apabila terbukti mereka bukanlah ahli di bidangnya. Seperti kata Nabi yang sudah dihafal di luar kepala: Jika suatu urusan dipercayakan kepada orang yang tidak berhak, maka tunggulah kehancurannya.
Ingat, nasib rakyat ada di ujung telunjuk Anda, para pemimpin negeri ini. Karena itu bekerjalah. (*)
Sorot, dimuat di Harian Pagi Tribun Jabar edisi Jumat 23 Oktober 2009

No comments: