Tuesday, January 27, 2009

Untuk Anakku: Namira Zenechka Hayatunnufus


DUHAI anakku, tak terasa dua tahun sudah kau hadir di dunia ini. Memberi keceriaan pada hari-hari kami sekeluarga. Kau tumbuh lucu dan menggemaskan. Tak tahan jari ini selalu ingin mencubit pipimu. Gigi geligimu sudah lengkap menghiasi rongga mulut. Hanya cara bicaramu yang belum jelas. Ayah masih mengira kau bicara bahasa planet, karena harus mengerenyitkan dahi dulu untuk mengerti bicaramu.

Kau paling senang berlari ke sana ke mari. Berteriak dan menjerit adalah kesukaanmu. Kau pun sudah pintar meniru apapun yang kau lihat. Karena itu ayah dan ibu selalu mengingatkan kakakmu agar mengajarimu hal-hal yang bagus. Bernyanyi beberapa lagu pun sudah kau kuasai. Favoritmu lagu Kukuk kukuk. Tapi bukan kukuk bunyi ayam jago. Itu bunyi burung hantu. "Matahari terbenam hari mulai malam, terdengar burung hantu suaranya merdu...Kukuk, kukuk, kukuk kukuk kukuk...". Atau lagu burung Kakatua: "Burung Kakaktua menclok di jendela...". Seperti biasa, hanya ujung tiap kata saja yang kau tirukan dan nyanyikan.


Masih teringat jelas dalam ingatan Ayah saat ibumu melahirkanmu. Waktu itu, Sabtu 27 Januari 2007 pukul 18.10, tak lama setelah azan Magrib berkumandang. Masih terngiang jerit tangismu yang pertama begitu keluar dari rahim ibumu. Dokter Lisa, yang menangani proses kelahiranmu, sambil tertawa enteng saja memegang tubuhmu yang masih berlendir, dengan gunting masih menggantung di tali ari-arimu. Sementara ayah terus memotret setiap proses kelahiranmu ini.

Namamu: Namira. Itu untuk mengingatkan bahwa saat kau masih dalam kandungan, Ayahmu ini mendapat rezeki dan izin dari Allah untuk mengunjungi Baitullah di Tanah Haram. Di padang Arafah sana, yang para kiai sebut sebagai miniatur Padang Mahsyar di akhirat kelak, ada sebuah masjid, bernama Namirah. Nama masjid yang berarti mulia dan terhormat itulah yang diabadikan menjadi namamu. Begitu pula nama tengahmu memiliki arti yang sama: mulia.

Maafkan ayah tidak bisa memberi apa-apa di hari peringatan kelahiranmu ini. Maafkan ayah yang tidak memiliki waktu yang cukup untuk menyertaimu, mendampingimu setiap hari. Ingin rasanya bisa terus bermain denganmu setiap saat, tapi ayah punya kewajiban lain: berjihad untuk keluarga. Untukmu juga. Karena ayah adalah imam dan imamlah yang harus berada di depan, membanting tulang untuk memenuhi kebutuhan keluarga.

Hanya doa yang ingin ayah sampaikan: Semoga Allah SWT memberkahimu sehingga setiap helaan napasmu adalah amal dan menjadi manfaat bagi kehidupan. Semoga pula Allah menjadikanmu bidadari dunia dan akhirat.(*)

1 comment:

Anonymous said...

Salam kenal ..
Memiliki teman atau sahabat yang banyak di dunia maya memberikan nuansa tersendiri bagi keseharian aktivitas. Apalagi bisa saling komunikasi dan curhat-curhatan. asyikk deh. :)

Tolong... bisa tukeran link? untuk website saya http://warnadunia.com
Sebagai gantinya, link blogmu saya masukkan di 3 semua blog milik: winsolu.wordpress.com asianherbal.blogspot.com senopatiarthur.wordpress.com kamu bisa check pageranknya 2 dan 3. ^^ Itung-itung ningkatkan traffik pengunjung dan sahabat kita bersama.

Bila berkenan post komentar aja di http://warnadunia.com/about/
semoga sukses bersama.
i will coming back again
trima kasih :)